Fenomena Iwan Setiawan dan Borok 8 Besar Piala Presiden 2015

Babak perempat final Piala Presiden 2015 mulai menunjukkan wajah kompetisi di Indonesia yang sesungguhnya.

oleh Rejdo Prahananda diperbarui 28 Sep 2015, 04:57 WIB
Wasit memberikan kartu kuning kepada pemain Pusamania Borneo FC, Jajang Mulyana dalam laga leg kedua perempatfinal Piala Presiden 2015 di Stadion Si Jalak Harupat, Bandung, Sabtu (26/9/2015). (Bola.com/Arief Bagus)

Liputan6.com, Jakarta Babak perempat final Piala Presiden 2015 mulai menunjukkan wajah kompetisi di Indonesia yang sesungguhnya. Di fase ini beragam masalah berat mulai muncul. Bukan lagi soal kartu kuning, tetapi perkelahian antar pemain hingga paling parah aksi WO salah satu peserta ketika sedang bertanding.

Masalah mulai timbul ketika seluruh kontestan melakoni leg ke-2, 26 dan September 2015. Pertandingan pertama PSM Makassar kontra Mitra Kukar berjalan sengit. Pemain yang dikenal emosional, Ferdinand Sinaga sempat terlibat adu mulut dengan Hendra Ridwan. Belakangan terungkap, bila Hendra geram dengan pemain PSM yang mengumpat pemain Mitra Kukar dengan bahasa Makassar. 

Kendati demikian, situasi tetap kondusif hingga bubaran. Naga Mekes berhak melaju ke partai semifinal setelah unggul produktivitas gol tandang dengan agregat 2-2 kendati kalah 1-2 di leg 2.

Kegagalan Juku Eja melanjutkan langkah ke babak semifinal Piala Presiden ternyata memberikan kontribusi atas ulah suporter yang beringas setelah laga usai. Setelah laga usai di Stadion Andi Mattalatta, ratusan penonton tumpah ke lapangan. Percik kericuhan memang telah terlihat jelang bubaran. Segilintir penonton melakukan aksi bakar-bakaran di dalam stadion.

Pihak kepolisian langsung bereaksi cepat meredam situasi yang mulai tidak terkendali. Pihak keamanan meleparkan gas air mata dan menyemprotkan air ke arah penonton untuk meredam aksi massa.

Seorang remaja berusia 15 tahun, Surya, terkena anak panah. Kepala Sub Bagian Humas Polrestabes Makassar, Kompol Andi Husnaeni via telepon kepada Liputan6.com, Sabtu (26/9/2015) mengatakan, busur panah dilepaskan oleh sekelompok orang beratribut PSM yang diperkirakan berjumlah 15 orang. Mereka langsung kabur dengan sepeda motor begitu melepaskan panah. Siswa SMP tersebut hingga kini masih menjalani perawatan intensif.

CEO Mahaka, Hasani Abdulgani menyatakan pihaknya masih mendalami kasus ini. Mahaka sebagai promotor Piala Presiden bakal mempelajari rekaman-rekaman pertandingan. "Kami sangat berhati-hati atas kasus ini. Semoga kami tidak salah dalam memberikan sanksi." 


Fenomena Iwan Setiawan

Sedangkan di Bandung, hujan kartu mewarnai jalannya pertandingan antara Persib Bandung kontra Pusamania Borneo FC. Stadion Si Jalak Harupat memanas bak menyambut Persija Jakarta. Komentar pedas pelatih PBFC, Iwan Setiawan menyulut pendukung Persib berbondong-bondong memadati setiap jengkal tribun stadion.

Psywar dilancarkan Iwan jelang leg 1 di Stadion Segiri, Samarinda. Bekas pelatih Persija itu menyebut, Persib bukan tim apa-apa. Sang juara bertahan ISL dianggap bukan tim istimewa. "Mereka cuma mengumpulkan pemain berkualitas," katanya. Iwan ssemakin di atas angin setelah PBFC memetik kemenangan 3-2.

Sontak, sikap ala-ala Jose Mourinho  yang dilakukan Iwan memancing reaksi fan fanatik Persib, Bobotoh. Sepanjang pertandingan, mereka tidak berhenti mengintimidasi pelatih berkacamata ini. Komentar Iwan menjadi bumbu babak 8 besar Piala Presiden. Pernyataan Iwan sukses menimbulkan aura permusuhan. Panas di dalam maupun luar lapangan.

Makian dari Bobotoh ikut memberi warna tersendiri bagi duel ini. Drama tiga kartu merah terjadi dalam pertandingan bertempo tinggi ini. Dua pemain PBFC, Diego Michiels dan Victor Pae harus diusir keluar wasit. Sedangkan, satu kartu merah lagi diberikan wasit Jumadi Effendi untuk Ilija Spasojevic. Total, 12 kartu kuning keluar dari kantong wasit.

Lebih dari sekadar kartu, adu mulut pun terjadi antarpemain. Di awali ulah Zulham Zamrun memprovokasi kubu lawan dengan merayakan gol di depan bench PBFC. Bek Pesut Etam, Hamka Hamzah naik darah dengan tingkah pemain pinjaman Persipura Jayapura ini. Perang urat pun terjadi antarkedua pemain. Namun masih bisa diredam oleh offisial dan pemain masing-masing tim.

Pertandingan ini dimenangkan Persib dengan skor 2-1. Persib berhak melangkah ke babak semifinal berkat keunggulan produktivitas gol tandang dengan agregat 4-4. Dua gol kemenangan Persib masing-masing dicetak Makan Konate dan Zulham. Padahal, PBFC yang difavoritkan mengantongi tiket semifinal telah memimpin lebih dulu melalui gol Jajang Mulyana.

Setelah pertandingan usai, tabiat asli pemain tempramental seperti Hamka Hamzah kembali muncul. Dia mengamuk di ruang ganti karena mendapat teror dari pendukung Persib. (lihat videonya di sini)


Ujian dari Wasit

Komitmen Mahaka menyajikan pertandingan bersih dari skandal pengaturan skor yang dipimpin wasit berintegritas benar-benar diuji ketika dua wasit Iwan Sukoco dan Oki Dwi Putra menjadi perhatian publik.

Oki, salah satu wasit terbaik di ISL ini disebut-sebut melontarkan kalimat tidak pantas untuk striker Persebaya Surabaya, Pedro Javier saat laga kontra Sriwijaya. Investigasi langsung dilakukan Mahaka. Dalam keterangannya, Oki tidak bermaksud mengeluarkan kata-kata kasar pada pemain asal Paraguay ini.

"Saya akui memang mengeluarkan kata yang tidak pantas. Namun, pada saat itu saya hanya menggerutu dan itu saya ucapkan untuk diri saya sendiri bukan kata-kata tersebut saya tujukan pada pemain," terang Oki.

Ketika insiden ini terjadi, dia berjarak cukup jauh dari Pedro Javier. Oki merasa, pernyataanya disalahartikan."Saya menggerutu karena melihat Pedro Javier menabrak Titus Bonai dan setelah itu meminta penalti. Saat itu hanya berjarak 9 meter dari kejadian. Pada saat saya menggerutu, ada seorang pemain Persebaya lain, Rudi Widodo melintas di depan saya dan kemudian dia memprotes kenapa memaki pemain. Padahal saya hanya menggerutu,” bebernya.

Belum rampung dengan kasus Oki, 'musibah' kali ini terjadi untuk Iwan Sukoco ketika memimpin pertandingan PBFC vs Persib di Stadion Segiri, Samarinda. 

Iwan sukoco dinilai berat sebelah lantaran tidak menindak pelanggaran keras dari gelandang Pusamania, Ponaryo Astaman. Handsball bek Borneo di dalam kotak penalti pun lolos dari pandangannya. Puncaknya Iwan menghentikan laga meski waktu injury time masih tersisa.

"Tim kami sedang menyelidiki apakah ada unsur kesengajaan atau memang ada unsur human error, untuk sementara kami istirahatkan sampai turnamen ini selesai," ucap CEO Mahaka, Hasani Abdulgani menyoal kinerja wasit Iwan Sukoco di babak 8 besar.


Dosa Bonek FC

Komitmen Mahaka menggelar sajian sepakbola berkelas di Tanah Air kembali mendapat cobaan. Bonek FC (Persebaya United) memilih meninggalkan pertandingan ketika menghadapi Sriwijaya FC di leg 2 yang berlangsung di Stadion Jakabaring, Palembang, Minggu 27 September 2015.

Bonek FC melakukan aksi walk out (WO). Cerita memalukan ini bermula ketika wasit Jerry Elly menunjuk titik putih setelah bek Bonek FC, Faturohman diaanggap menyentuh bola dengan tangannya di dalam kotak penalti. Namun, jika dilihat dari tayangan ulang, bola terkena dada Faturohman. Bonek FC pun protes keras.

Jerry Elly tetap memutuskan memberikan penalti pada Sriwijaya. Kesal, semua pemain tim besutan Ibnu Grahan itu memutuskan untuk masuk ke ruang ganti pada menit ke-18. Wasit sempat memberikan waktu kepada Bonek FC selama lima menit untuk berunding.

Bahkan, Bonek FC sempat meminta untuk mengganti Jerry Elly agar pertandingan bisa dilanjutkan. Namun, pengawas pertandingan tidak mau memenuhi permintaan itu dan tim besutan Ibnu Grahan itu tidak mau bertanding. Bonek FC pun sudah dinyatakan kalah oleh pengawas pertandingan dengan skor 0-3. Sehingga Bonek FC kalah agregat 1-3. 

"Itu kan tidak handball, rekaman yang dilihat juga pemain kami tidak handball dan harusnya tidak penalti. Tapi, kami mau menerima keputusan, asal kami minta wasit diganti," jelas CEO Bonek FC, Gede Widiade soal mogok bertanding timnya.

Menurut Gede, langkah tersebut diambil semata karena timnya ingin mencari keadilan karena protes mereka tidak diindahkan oleh pengawas pertandingan. "Inspektur pertandingan menolak permintaan agar wasit diganti. Ini bukan perkara menang atau kalah, ini perkara kepemimpinan wasit. Kalau begini, kami kalah WO (Walk Out) saja, tidak apa-apa," dia melanjutkan.

Mahaka selaku pemangku hajat turnamen Piala Presiden ini naik pitam. CEO Mahaka, Hasani Abdulgani menilai bila pihaknya mengalami kerugian cukup besar karena iklan telah masuk. Terlebih pertandingan ini juga ditayangkan Indosiar. "Kami rugi besar mereka walk out, kami telah keluar uang untuk membayar iklan. Saya tidak menyebut mereka tidak sportif, mereka (Bonek FC) tidak dewasa. Seharusnya main saja seperti biasa, terima keputusan (wasit)," ujar Hasani dengan nada tinggi.

"Kalau seperti ini kami rugi besar. Masa saya harus sebut jumlahnya, yang pasti rugi miliaran rupiah. Kita sudah kehilangan waktu dua jam," dia melanjutkan, soal sanksi, Hasani bakal mempelajarinya lebih dalam.

Mahaka Sport berencana membawa kasus ini ke ranah hukum. "Pokoknya, kami akan menuntut mereka. Sebab, pertandingan ini ditonton oleh jutaan pasang mata di Indonesia," Hasani mengakhiri. (Rjp/Rco)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya