Perawan Ini Dibayar Rp 110 Juta agar Mau Hamil

Teknologi yang semakin canggih membuat wanita perawan bisa hamil dan memiliki anak.

oleh Liputan6 diperbarui 28 Sep 2015, 10:30 WIB
Ilmuwan menemukan, anak laki-laki dan perempuan memiliki cara berbeda dalam menanggapi suara orangtuanya.

Liputan6.com, London Siapa bilang wanita harus berhubungan intim dulu agar bisa hamil? Teknologi yang semakin canggih membuat wanita perawan bisa hamil dan memiliki anak.

Para perawan itu rela membayar Rp 110 juta (5.000 Poundsterling) agar bisa hamil. Menurut dokter, ada 25 perempuan heteroseksual yang belum pernah berhubungan seks telah melahirkan melalui IVF (program bayi tabung) dalam lima tahun terakhir.

Setidaknya ada empat perusahaan IVF di Inggris yang membantu para wanita heteroseksual  hamil dan menjadi ibu. Salah satunya adalah Care Fertility, dilansir dari laman Dailymail, Senin (28/9/2015).

Maha Ragunath, direktur medis dari klinik di Nottingham, mengatakan jumlah wanita lajang yang ingin hamil dalam 10 tahun ini meningkat dua kali lipat.

"Banyak dari mereka yang sangat muda, berusia 20-an, kadang-kadang pelajar atau melakukan pekerjaan yang sangat biasa dan sering tinggal dengan orangtua mereka, dibanding wanita karir yang terlalu fokus dengan pekerjaan mereka. Ketika saya bertanya kepada mereka mengapa mereka datang untuk pengobatan, sangat sering responsnya mereka siap memiliki anak dan tidak ingin menunggu mendapatkan pasangan yang tepat," katanya.

Menurutnya, sebagian kecil pasiennya belum pernah pacaran dan belum pernah berhubungan seksual.

Perawatan melibatkan donor sperma untuk membuahi telur wanita lajang, baik melalui vagina - sebuah proses yang disebut inseminasi intrauterine, atau di laboratorium dengan fertilisasi in vitro. Sebagian besar perempuan memilih cara yang terakhir karena tingkat keberhasilan IVF dua kali lipat dibanding IUI.

 


Pro dan Kontra Perawan Hamil

Pro dan Kontra Perawan Hamil

Pilihan perawan yang rela hamil meski tak berhubungan intim ini mendapat tanggapan yang pro dan kontra. Laura Witjens, chief executive dari National Gamete Donation Trust mengatakan, perempuan memiliki hak untuk memilih jika mereka menginginkannya. "Tapi klinik memiliki tanggung jawab untuk mempertimbangkan mengapa mereka ingin melakukannya," cetus Witjens.

Dia mengatakan, masyarakat cenderung 'panik' ketika mendengar wanita lajang akan menjadi ibu. Tapi dia mengatakan, perempuan tersebut cenderung jauh lebih siap secara finansial, sosial dan emosional, untuk menjadi orangtua.

Namun, Uskup Carlisle, James Newcome, mengatakan cenderungnya perempuan muda yang memutuskan tidak membutuhkan keluarga untuk memiliki anak akan 'memiliki implikasi di mata masyarakat yang tidak akan membantu.

"Idealnya seorang anak memiliki ibu dan ayah yang menikah," ucapnya.Bahkan Imam Suhaib Hasan, kepala Dewan Syariah Islam Inggris, menuduh dokter yang melakukan IVF 'bertindak seperti Tuhan'."Ketika Anda menghilangkan pria, seorang wanita bukan apa-apa kecuali mesin beranak. Di sini, seorang wanita menyangkal anak berhak memiliki ayah," katanya.

 


Wanita Takut Punya Hubungan

Wanita Takut Punya Hubungan

Profesor Geeta Nargund, dari Create Fertility, dan Mohamed Taranissi dari argc, mengatakan, mereka telah membantu perawan heteroseksual untuk hamil, tetapi wanita terserbut cenderung memiliki masalah seks dalam hubungan.

"Ini cenderung sebagai akibat dari masalah fisik atau psiko-fisik, meskipun pengaruh budaya dan agama kadang-kadang menjadi faktor," jelas Prof Nargund.

Dr Taranissi menambahkan, "Ini masalah takut seks. Kebanyakan dari mereka tidak memiliki masalah kesuburan - itu lebih masalah psikologis."

Psikoterapis Anak Dilys Daws mengatakan, faktanya wanita perawan yang beralih ke IVF menunjukkan seseorang yang emosionalnya tidak cukup matang dekat dengan pria dan terutama ketika membesarkan anak.

"Ini menyiratkan wanita memiliki rasa takut memiliki hubungan fisik dengan orang lain, dalam hal ini bayi tidak akan dibesarkan dengan cinta," kata Daws.

Klinik menekankan setiap wanita harus menemukan seorang konselor sebelum melakukan pengobatan IVF sehingga para wanita itu bisa memahami proses dan implikasi menggunakan donor sperma. Anak yang lahir dengan cara ini memiliki hak untuk melacak ayah biologis mereka setelah mencapai usia 18 tahun. (Melly F)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya