5 Poin Transformasi TNI dari Panglima Gatot Nurmantyo

Poin kedua, Gatot menggarisbawahi alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang harus dimodernisasi.

oleh Oscar Ferri diperbarui 28 Sep 2015, 15:30 WIB
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo memberikan pidato di Dermaga Mako Kolinlamil, Jakarta, Kamis (27/8/2015). Sebanyak 107 prajurit akan berangkat dengan KRI Bung Tomo-357 ke Lebanon untuk menjalankan misi perdamaian. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan, ada 5 poin penting yang wajib diperhatikan, jika ingin terwujud transformasi TNI dari prajurit kemerdekaan menjadi tentara profesional dalam era demokrasi.

Pandangan Gatot ini disampaikan Asisten Perencanaan Umum (Asrenum) Panglima TNI Laksamana Muda Agung Pramono, ‎dalam bedah buku 'Transformasi TNI: Dari Prajurit Kemerdekaan Menuju Tentara Profesional dalam Demokrasi', karya Letnan Jenderal TNI (Purn) Agus Widjojo, di Kantor Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Jalan Tanah Abang III, Jakarta Pusat, Senin (29/9/2015).

Poin pertama adalah pemutahiran doktrin dan organisasi yang diperlukan untuk menghadapi tantangan zaman. Doktrin itu pun harus fleksibel sesuai Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang TNI.

"Doktrin Tri Dharma Eka Karma itu perlu pemutahiran," kata Pramono mewakili Gatot.

Poin kedua, Gatot menggarisbawahi alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang harus dimodernisasi. Sebab, 55 persen kondisi alusista saat ini sudah lebih dari 35 tahun. Berbeda dengan negara lain yang terus meng-upgrade alutista mereka.

"Perlu upgrade alusista. Perlu dukungan komponen bangsa. Namun, TNI bahagia atas kebijakan pemerintah 10 tahun terakhir. Anggaran TNI meningkat," ucap dia.

Poin ketiga, Gatot menekankan adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang lebih baik, dalam hal ini prajurit maupun pegawai negeri sipil (PNS) TNI. Di antaranya peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan.

Dalam poin 4, Panglima TNI menilai perlunya peningkatan kerja sama militer dengan negara lain. Tujuannya, untuk komparasi kemampuan TNI dengan tentara asing.

"Hal-hal yang dapat dikembangkan akan jadi referensi (TNI)," ucap dia.

Poin terakhir, pengganti Panglima TNI Jenderal TNI Moeldoko itu menyoroti perlunya kedekatan TNI dengan rakyat. Kedekatan dengan rakyat harus menjadi perhatian, demi terjadinya transformasi di tubuh TNI.

"Kemanunggalan TNI dan rakyat. TNI dari rakyat, dan kedaulatan (NKRI) akan terancam juga jika tidak ada transformasi TNI," pungkas dia. (Rmn/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya