Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih tertekan ditambah bursa saham Asia membuat laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) betah berada di zona merah pada perdagangan saham awal pekan ini.
Pada penutupan perdagangan saham, Senin (28/9/2015), IHSG merosot 88,93 poin (2,11 persen) ke level 4.120,50. Indeks saham LQ45 turun 2,73 persen. Seluruh indeks saham acuan kompak melemah.
Advertisement
Ada sebanyak 210 saham melemah sehingga menyeret IHSG ke zona merah. Sementara itu, 73 saham menghijau dan 61 saham lainnya diam di tempat.IHSG sempat berada di level tertinggi 4.199,46 dan terendah 4.120,50.
Transaksi perdagangan saham hari ini tidak begitu ramai. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 217.817 kali dengan volume perdagangan saham 4,53 miliar saham. Nilai transaksi harian saham sekitar Rp 3,91 triliun.
Secara sektoral, sepuluh sektor saham kompak berada di zona merah. Sektor saham aneka industri turun 5,14 persen, dan memimpin pelemahan sektor saham terbesar pada hari ini, disusul sektor saham manufaktur tergelincir 2,5 persen, dan sektor saham keuangan susut 2,48 persen.
Berdasarkan data RTI, investor asing melakukan aksi jual sekitar Rp 200 miliar. Sementara itu, pemodal lokal melakukan aksi beli bersih sekitar Rp 300 miliar.
Saham-saham yang menguat dan sebagai penggerak indeks saham antara lain saham SDMU naik 11,87 persen ke level Rp 311 per saham, saham PSAB mendaki 4,29 persen ke level Rp 850 per saham, dan saham SIAP menanjak 4,06 persen ke level Rp 205 per saham.
Saham-saham berkapitalisasi besar cenderung menekan IHSG di awal pekan. Saham ASII turun 6,76 persen ke level Rp 5.175 per saham, saham UNTR melemah 5,42 persen ke level Rp 16.575 per saham, dan saham BBNI turun 4,14 persen ke level Rp 3.940 per saham.
Di bursa saham Asia, indeks saham cenderung melemah. Indeks saham Jepang Nikkei turun 1,32 persen ke level 17.645 dan indeks saham Singapura susut 1,43 persen ke level 2.792,02. Bursa saham Asia melemah ini dipicu dari keuntungan perusahaan industri China turun 8,8 persen menjadi 448.1 miliar yuan bulan lalu dari tahun sebelumnya.
Hal itu seperti disebutkan di Biro Statistik Nasional. Sedangkan nilai tukar rupiah berada di kisaran 14.690 per dolar Amerika Serikat (AS).Analis PT Asjaya Indosurya Securities, William Suryawijaya menuturkan IHSG tertekan dipicu dari bursa saham regional melemah. Hal itu ditambah nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terus tertekan hingga sentuh ke level 14.700.
"Rupiah melemah dan posisi aliran dana investor asing berhari-hari terus keluar membuat pelaku pasar gerah," ujar William saat dihubungi Liputan6.com.
Ia menuturkan, saat ini IHSG mendekati level support 4.111. Kalau level support tersebut ditembus maka membuat IHSG mengalami tren menurun.
"Bila IHSG berhasil ditutup di atas support itu maka ada peluang bagus," kata William.Saat ditanya mengenai sektor saham aneka industri paling tertekan, William menuturkan, saham PT Astra International Tbk turun tajam pada perdagangan saham Senin pekan ini membuat sektor saham aneka industri paling tertekan. (Ahm/Igw)