Bobot Penyakit Skizofrenia Itu seperti Kanker

Stigma yang diterima orang dengan Skizofrenia (ODS) membuat mereka rentan diolok-olok dan menjadi korban kekerasan

oleh Aditya Eka Prawira diperbarui 28 Sep 2015, 18:00 WIB
Skizofrenia atau salah satu penyakit gangguan jiwa berat ternyata paling banyak dialami oleh pria ketimbang wanita.

Liputan6.com, Jakarta Stigma yang diterima orang dengan Skizofrenia (ODS) membuat mereka rentan diolok-olok dan menjadi korban kekerasan secara psikologis dan fisik dari orang lain. Ketua Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI) Bagus Utomo mengimbau, tidak lagi melakukan itu karena pada dasarnya Skizofrenia sama seperti penyakit lainnya. Hanya saja kondisi ini menyerang otak seseorang.

"Seharusnya orang dengan Skizofrenia (ODS) mendapat support (dukungan) dari orang lain. Selayaknya ketika orang itu mendapatkan keluarga yang terserang kanker," kata Bagus Utomo pada Media Workshop yang terselenggara berkat kerjasama antara KPSI dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bersama Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) dan Johnson & Johnson Indonesia di Kawasan HR. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, Senin (28/9/2015)

Bagus melanjutkan, siapa saja dapat mengidap Skizofrenia. Data organisasi kesehatan dunia (WHO) menyebut tiga puluh persen penduduk dunia mengalami gangguan jiwa. Termasuk di dalamnya Skizofrenia. Namun, enam puluh persen dari junlah presenstase ini tidak mendapat perawatan yang memadai. Sehingga gejala pada ODS seperti halusinasi dan dilusi melumpuhkan tubuh si pasien yang membuat mereka kerap dipikir gila.

"Data riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 menyebut, ada sekitar 0,46 persen dari populasi di Indonesia atau sekitar 200-300 ribu orang mengalami Skizofrenia. Jangankan di Indonesia, di negara maju saja seperti Amerika, kesehatan jiwa ini tidak begitu diperhatikan juga," kata Bagus menambahkan.

Penyebab pasti dari Skizofrenia belum juga ditemukan. Namun, sejumlah ilmuwan menyebut beberapa faktor. Seperti genetika, struktur dan biokimia otak, dan diduga karena kelainan bawaan yang terjadi pada masa kehamilan. Serta cara berinteraksi dalam keluarga yang juga disebut sebagai salah satu faktor Skizofrenia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya