[KOLOM] Juventus, Ada Apa Denganmu?

Juventus sedang ketiban sial. Hari itu, hasrat untuk mendulang kemenangan, ternyata masih bertepuk sebelah tangan.

oleh Liputan6 diperbarui 28 Sep 2015, 19:51 WIB
KOLOM Hanif Marjuni

Liputan6.com, Jakarta - Tak ada senyum dari wajah penggawa Juventus pada Minggu (26/9). Dengan mimik yang datar, Paul Pogba, Simone Zaza, Gianluigi Buffon, Andrea Barzagli, dan Giorgio Chiellini meninggalkan stadion San Paolo. Mereka kecewa berat.

Ya, Juventus ketiban sial. Hari itu, hasrat untuk mendulang kemenangan, ternyata masih bertepuk sebelah tangan. I Bianconeri dibantai Napoli, 1-2!

Hasil mengecewakan tersebut tidak saja mencoreng dominasi Juventus atas Napoli selama beberapa musim terakhir. Namun juga telah menambah catatan buruk I Bianconeri pada awal musim ini.

Sebelumnya, dari lima laga awal yang sudah dilakoni, Gianluigi Buffon dkk hanya bisa meraup satu kemenangan, dua kali imbang dan dua kali pula menelan kalah. Satu kemenangan Juventus diukir kala menang 2-0 atas Genoa pada giornata ke-4. Sedangkan tiga kekalahan ditelan saat takluk 0-1 dari Udinese pada gornata pertama, keok 1-2 dari AS pada tujuh hari kemudian, dan takluk dari Napoli 1-2 pada pekan lalu. Sementara catatan imbang 1-1 diperoleh saat melawan Chievo (12/09) dan Frosinone (23/09).

Jelas, itu bukan hasil sepadan untuk ukuran tim yang berstatuskan sang juara bertahan. Dengan kata lain, hasil memalukan itu sejatinya lebih pantas ditunjukkan oleh tim medioker. Atau bahkan, tim promosi.

Gelandang Juventus, Paul Pogba (kiri) berusaha merebut bola dari bek Napoli, Elseid Hysaj pada lanjutan liga Italia di Stadion San Paolo, Minggu (27/9/2015). Napoli menang atas Juventus dengan skor 2-1. (REUTERS/Ciro De Luca)

Dalam hal ini, performa Juventus tidak lagi merosot, tapi terjun bebas! Bayangkan, hingga giornata ke-6, I Bianconeri berada di peringkat ke-15 klasemen sementara Serie-A. Sudah barang tentu, statistik tersebut tak hanya kalah jauh dibandingkan perolehan poin para rival. Tetapi, tertinggal dari tim-tim semenjana macam Sassuolo, Torino, Chievo, Atalanta, dan Palermo. Miris!

Tak Cuma itu. Ternyata performa jeblok Si Nyonya Besar pada awal musim ini, terbilang yang paling memilukan selama 10 musim terakhir. Sekadar informasi, dalam 6 pekan awal di sepuluh musim terakhir berlaga di Serie-A, Juventus tak pernah terseok hingga peringkat ke-15. Paling apes, peringkat ke-12. Itu terjadi pada musim 2010-2011.

Lebih dari itu, dalam perolehan poinnya pun, apa yang ditunjukkan I Bianconeri pada awal musim 2015-2016 juga memilukan. Dari enam laga tersebut, baru mengemas 5 poin. Bandingkan perolehan poin dalam lima musim terakhir di pekan yang sama. Rata-rata, I Bianconeri sanggup meraup minimal 13 poin! Tak salah jika InfostradaLive menyebutkan bahwa ini adalah start terburuk Juventus sejak 1969-1970.

Sah-sah saja allenatore Massimiliano Allegri mengklaim I Bianconeri masih memiliki kans di perburuan gelar juara. Tapi, apapun alasannya, hasil itu telah menjadi peringatan keras. Patut diketahui, selama sepuluh tahun terakhir, belum ada tim juara Serie-A yang pada enam laga pertama awal musim, baru mengemas lima poin.


Butuh Pembenahan

Kiper Juventus, Gianluigi Buffon (kedua kiri) gagal menghalau bola tendangan penyerang Napoli, Lorenzo Insigne pada lanjutan liga Italia di Stadion San Paolo, Minggu (27/9/2015). Napoli menang atas Juventus dengan skor 2-1. (REUTERS/Ciro De Luca)

Harus diakui Juventus telah mengalami kendala besar dalam musim ini. Salah satunya, soal materi pemain. Ternyata, sulit bagi La Vecchia Signora untuk mencari pengganti yang sepadan bagi Andrea Pirlo, Arturo Vidal, dan Carlos Tevez. Ketiga nama tersebut merupakan pilar Juventus selama tiga dua musim terakhir kemudian memilih hengkang pada awal musim ini.

Pada musim lalu Pirlo dan Vidal telah menjadi roh di lini tengah Juventus. Keduanya tidak saja menjadi pengatur dan penyeimbang di lini tengah, namun mereka juga sebagai bagian dari pemantik kemenangan tim.

Pirlo misalnya. Musim 2014-205 dia telah menciptakan 4 gol dan 5 assist dari 19 penampilannya. Sementara Vidal sukses membukukan 7 gol dan 4 assist.

Khusus untuk vidal, pada musim lalu termasuk pemain yang sukses melesakkan shots on goal paling banyak. Selama semusim, dia membukukan 53 tendangan. Jumlah itu hanya kalah dari Paul Pogba yang melesakkan 56 kali tembakan dan Carlos Tevez yang melakukan 114 tembakan.

Gelandang Juventus, Andrea Pirlo (kiri) bersama Arturo Vidal saat melakukan sesi latihan di Olympiastadion Berlin, Jerman (5/6/201515). Juventus akan menghadapi Barcelona di Final Liga Champions. (Reuters/Fabrizio Bensch)

Terkait kepergian Pirlo dan Vidal, awalnya I Bianconeri meyakini masih bisa mengandalkan stok gelandang yang ada. Sebut saja Simone Padoin, Paulo Sturaro, dan Roberto Pareyra, Paul Pogba, dan Claudio Marchisio. Ditambah lagi, mereka juga sukses mendatangkan gelandang-gelandang tenar sekelas Sami Khedira, Hernanes, Juan Cuadrado, dan Mario Lemina.

Apa lacur, harapan itu masih mengambang. Perpaduan stok lama dan muka-muka anyar itu, belum banyak membantu permainan tim.  Pada laga kontra AS Roma dan Genoa contohnya. Padoin, Sturaro, dan Pereyra tak perdaya. Mereka kurang kreativitas. Sementara Hernanes dan Cuadrado masih butuh waktu untuk langsung beradaptasi dengan tim.

Fakta yang hampir sama juga terjadi pada kinerja lini depan. Hilangnya Tevez, terbukti berpengaruh besar pada ketajaman tim. Bomber anyar seperti Paulo Dybala, Mario Mandžukić, dan Simone Zaza masih belum menjanjikan.

Allegri telah melakukan banyak solusi untuk mengasah ketajaman tim. Dengan materi yang ada, eks pelatih Cagliari itu mencoba menjajal beberapa variasi taktik. Seperti halnya musim lalu, Allegri mencoba mengusung 3-5-2 pada dua laga pertama di Serie-A. Lalu, ketika gagal menang, diubah ke 4-3-3 dan 4-3-1-2.

Dalam jejak kariernya, Allegri memang tipikal pelatih pemikir. Dengan kecerdasan yang dimiliki, pria berumur 48 tahun itu bisa menemukan formula yang tepat bagi tim yang ditangani. Hal itu sudah dia buktikan bersama Cagliari pada musim 2008-2009. Saat itu, Allegri sukses mengantarkan Cagliari di peringkat ke-9 tanpa ada pemain bintang.  

Lalu, dia juga sukses mengantarkan AC Milan merebut scudetto 2010-2011, mempertahankan scudetto Juventus musim 2014-2015, hingga menjadi finalis Liga Champions musim 2015-2016.

Khusus untuk musim ini, rasanya Allegri harus menunjukkan jurus lain. Bukan melulu soal perubahan taktik atau apa pun itu yang berhubungan dengan aspek teknis. Dengan kerendahan hati, ada baiknya jika Allegri mau belajar banyak dari eks pelatih Juventus sebelumnya, Antonio Conte.

Seperti diketahui, awal kedatangannya, Conte tidak ditargetkan untuk scudetto. Dia hanya dibebani target kembali ke papan atas dan memperebutkan tiket ke Liga Champions. Tapi Conte mampu berbuat lebih. I Bianconeri diantarkannya merebut scudetto musim 2011-12.

Antonio Conte (REUTERS/Max Rossi)

Ada hal jitu yang dilakukan Conte ketika itu. Pertama, dia melakukan disiplin yang ketat kepada semua pemain. Dalam perkembangannya, disiplin itu bukan hanya manjur untuk tim. Tapi bagi sang pemain pun, memberikan keuntungan sepadan.

Jurus lain yang dilakukan Conte ada pada pembenahan mental pemain. Berbekal pemahamannya sebagai eks pemain Juventus, sosok yang kini menjadi pelatih timnas Italia sanggup mengembalikan lo spiroto bianconero. Yakni sikap bangga dan mau bekerja total saat mengenakan kostum I Bianconeri.  

Khusus untuk lakon yang satu ini, Conte bisa berperan sebagai motivator ulung. Hal itu bisa disimak kegemarannya usai latihan tim. Tak jarang dia 'berkhotbah' di hadapan pemain dengan gaya bicaranya yang meledak-ledak.

Memang tak mudah bagi Allegri. Dia harus mengubah perangai kalemnya menjadi sosok yang lihai berkoar-koar di depan Gianluigi Buffon dkk. Tapi, tak ada salahnya untuk mencoba atau dia justru sudah menyiapkan jurus lain yang bisa menaikkan level mental para pemain.

Selamat mencoba, Allegri. Mumpung kompetisi masih menyisakan 32 pekan.

Hanif Marjuni
Pemerhati Sepak Bola

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya