Liputan6.com, Mekah - 5 Kontainer berpendingin yang berisi jenazah korban tragedi Mina, belum seluruhnya dibuka dan diidentifikasi. Ke-5 kontainer yang berada di tempat pemulasaran jenazah Majma’ Ath-Thawary bil Mu'aishim (Al-Mua'aishim), Mekah itu diduga berisi puluhan jasad korban musibah pada Kamis 24 September lalu.
Petugas di lapangan awalnya melaporkan adanya 4 kontainer penyimpan jenazah yang belum dibuka. Tapi ternyata ada 5 kontainer yang belum dibuka," ucap Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin saat menggelar jumpa pers di Kantor Daerah Kerja (Daker) Mekah, Arab Saudi, Senin (28/9/2015) waktu setempat.
Sesuai jadwal, menurut Menag, pihak Arab Saudi kembali merilis foto-foto jenazah yang baru pada Senin pukul 16.00 waktu Arab Saudi (WAS).
Ini adalah tahapan keempat. "Pada tahap pertama telah dirilis 500 foto, tahap kedua 350 foto, dan tahap ketiga 257 foto. Total ada 1.107 foto yang sudah dirilis. Sedangkan pada tahap keempat yang kami masih belum tahu jumlahnya berapa," beber Amirul Hajj atau pimpinan rombongan haji asal Indonesia.
Layangkan Nota Diplomatik
Lukman menjelaskan, pemerintah baru saja membuat nota diplomatik kepada pemerintah Arab Saudi. Intinya, tim medis Indonesia bisa ikut melihat langsung kondisi jasad jemaah haji ketika pertama kali dibuka dari kontainer. Dengan demikian, identifikasi bisa dipercepat dan tidak perlu menunggu rilis foto dan file identitas foto.
"Sehingga kita bisa langsung mengenali jamaah melalui fisik jasad para jenazah dengan cara seperti itu proses identifikasi bisa lebih cepat," tukas Lukman.
Menag menambahkan, untuk jemaah yang sudah diidentifikasi sejak kemarin mulai dimakamkan di pemakaman umum Mekah.
Di sisi lain, jemaah haji Indonesia yang menjadi korban tragedi Mina bakal mendapatkan santunan asuransi haji. Namun untuk santunan dari pemerintah Arab Saudi, Lukman mengaku belum mengetahui ada atau tidaknya.
Identifikasi Jenazah Kontainer
Sementara itu anggota tim pencari jenazah dari Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Fadil Ahmad menjelaskan bahwa jenazah korban tragedi Mina disimpan dalam beberapa kontainer berpendingin udara.
Kontainer itu kemudian dimasukkan ke ruang identifikasi saat pemeriksaan akan dimulai. "Sistemnya yang dipakai di sini, yakni kontainer masuk, jenazah turun. Diidentifikasi apakah ada barang yang ditemukan, lalu dimasukkan ke file. Setelah itu kontainer keluar dan masuk lagi kontainer selanjutnya.
Setelah diturunkan, lanjut Fadil, jenazah akan difoto untuk dirilis dan diberi nomor jenazah. Sedangkan benda atau dokumen apa pun yang melekat pada jenazah akan diambil untuk kemudian dimasukkan dalam satu file (amplop) tersendiri yang juga diberi nomor jenazah.
Menurut Fadil, proses awal identifikasi jenazah dilakukan berdasarkan dari foto-foto yang telah dirilis. Jika ternyata ada kemiripan dengan jemaah Indonesia, maka dilakukan proses cek lanjutan dengan mencocokkan file yang tersimpan di gedung yang berbeda.
"Kalau dari segi fisiknya terlihat di foto ada kemiripan dengan jemaah Indonesia, kita cek ke file-nya. Memang pernah terjadi setelah dicek ternyata bukan orang Indonesia," urai Fadil.
Advertisement
Fadil menjelaskan pula, identifikasi jenazah korban tragedi Mina itu memang memakan waktu cukup lama. Sebab, sering terjadi foto sudah dirilis, ternyata saat akan dicek file-nya belum ada. Alhasil, petugas haji Indonesia harus menunggu sampai file itu keluar. (Ans/Ali)