Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) mendesak pemerintah Joko Widodo (Jokowi) menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) Oktober 2015. Alasannya agar perusahaan alas kaki dapat bersaing dengan produk negara lain di tengah pelemahan ekonomi saat ini.
Ketua Umum Aprisindo, Eddy Widjanarko mengungkapkan, pemerintah Indonesia selalu menghitung harga BBM secara mendadak, tidak seperti pemerintah China, Hong Kong, dan Malaysia sehingga saat harga minyak dunia jatuh terlalu dalam, belum ada kebijakan penurunan harga BBM.
Advertisement
"Harga minyak dunia lagi jelek begini, ya diturunkan. Pemerintah cuma mental dagang, mencari keuntungan pribadi dan negara saja, tidak mau rugi. Di mana-mana saja harga BBM turun," tegas dia saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Selasa (29/9/2015).
Eddy mengaku, pemerintah mempertahankan harga BBM tiga bulan terakhir ini, termasuk tarif listrik yang sudah mengalami kenaikan empat kali dalam setahun ini. "Kalau semua cari untung, pengusaha tidak bisa survive. Pertamina untung luar biasa," keluhnya.
Dia menuturkan, kebijakan penurunan harga BBM akan meningkatkan daya saing produk nasional karena hampir seluruh negara melakukan berbagai cara demi mendongkrak kinerja ekspor. Lantaran penyesuaian harga BBM akan menurunkan biaya produksi barang.
"Kita bukan bersaing saja dengan orang asing, bukan dengan Indonesia saja. China jual sepatu yang lebih murah," ujar Eddy.
Eddy meminta pemerintah Jokowi dapat menetapkan harga BBM sesuai fluktuasi harga minyak dunia. Hal ini dilakukan oleh pemerintah Selandia Baru."Mau naik atau turun berapa tidak masalah, yang penting sesuai matriks kenaikan dan penurunan harga minyak. Harga BBM New Zealand saja bisa naik turun setiap hari, misalnya turun 3-4 persen, langsung semua pom bensin di hari itu harganya turun. Di sini tidak," papar dia. (Fik/Ahm)