Jeritan Hati Istri Tosan Aktivis Anti-Tambang di Lumajang

Setelah 2 hari koma, Tosan aktivis anti-tambang di Lumajang sudah siuman.

oleh Zainul Arifin diperbarui 30 Sep 2015, 02:52 WIB
Siksaan demi siksaan yang diterima Salim Kancil hingga menewaskan dirinya sangat horor dan biadab

Liputan6.com, Jakarta - Tosan, petani sekaligus aktivis penolak tambang di Pantai Watu Pecak Kabupaten Lumajang Jawa Timur kondisinya berangsur membaik. Petani asal Desa Selo Awar–Awar Lumajang ini sudah bisa membuka kelopak matanya setelah 2 hari koma lantaran menjadi korban pengeroyokan sekelompok pendukung aktivitas penambangan.

"Alhamdulillah sudah siuman, tapi belum bisa berkomunikasi. Bergerak pun belum boleh,” kata Nurhayati istri Tosan ditemui di RS Syaiful Anwar (RSSA) Malang, Selasa (29/9/2015) petang.

Tosan ditempatkan di ruang isolasi RSSA Malang akibat luka yang dideritanya cukup parah. Sehari sebelumnya, Tosan telah menjalani operasi menutup lambungnya yang robek beberapa sentimeter akibat digilas motor pelaku pengeroyokan.

Kepala bagian belakang juga luka parah akibat hantaman benda keras dan dibacok penyerangnya.

"Diawasi ketat oleh pihak rumah sakit, tidak boleh dikunjungi secara bebas terutama oleh orang tidak dikenal. Saya setiap hari berjaga di sampingnya," tutur Nurhayati.

Meski ditempatkan di ruang isolasi, tidak ada seorang petugas kepolisian pun yang berjaga di rumah sakit tersebut. Sejak pertama kali Tosan dirawat di RSSA Malang, Nurhayati menyebut tidak ada seorang pun pejabat Pemkab Lumajang yang datang membesuk. Biaya pengobatan untuk suaminya sepenuhnya ditanggung pihak keluarga.

"Polisi hanya turut mengawal suami saya saat dibawa ke RSSA Malang, setelah itu tidak ada lagi. Biaya pengobatan juga dari kami sendiri," ucap Nurhayati.

Kendati demikian, pihak keluarga tidak mempermasalahkan itu semua. Terpenting adalah kesehatan Tosan terus membaik. Pihak keluarga juga menyerahkan penanganan kasus ini ke kepolisian, agar mengusut kasus itu sampai tuntas.

"Bagi saya yang penting suami cepat sehat seperti sediakala. Soal kasus ini, saya serahkan ke pihak berwajib," kata dia.

Abdul, salah seorang tetangga desa yang datang membesuk mengakui Tosan adalah sosok yang berani dalam menentang aktivitas penambangan di desanya. Tosan dikenal sebagai salah satu aktivis Forum Petani Anti Tambang Desa Selo Awar–Awar. Tosan juga pengurus di Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Pesisir Pantai Watu Pecak.

"Pak Tosan berani menentang aktivitas penambangan pasir besi di desa yang merugikan petani," kata Abdul.

Ia mengakui di pesisir Pantai Watu Pecak rawan terjadi gesekan antarkelompok terkait aktivitas penambangan. Sebab di sepanjang pantai itu juga ada beberapa penambangan pasir lainnya di luar penambangan di Desa Selo Awar–Awar.

"Tidak banyak yang berani melawan, salah satu yang berani itu ya pak Tosan dan Salim Kancil yang dibunuh itu dan beberapa orang yang bergabung di forum itu," tandas Abdul.

Meski mengalami luka parah di sekujur tubuhnya, Tosan beruntung masih bisa selamat dari pengeroyokan yang dilakukan kelompok pendukung penambangan. Tragis bagi Salim Kancil, seorang aktivis petani lainnya yang tewas setelah diduga dianiaya segerembolan preman pada Sabtu 26 September lalu. 

Peristiwa ini diduga bermula dari sikap para petani yang bergabung dalam Forum Petani Anti Tambang Desa Selo Awar-Awar menolak aktivitas penambangan di Pantai Watu Pecak. 

Salim dan puluhan petani lainnya pun mengajukan permohonan unjuk rasa penolakan penambangan kepada pihak berwenang. Namun penyampaian pendapat belum terlaksana, Salim dan Tosan diduga diculik segerombolan preman di rumahnya.

Ia kemudian ditemukan di tepi jalan dalam kondisi tak bernyawa. Di tubuhnya terdapat banyak luka. (Ali/Dan)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya