Liputan6.com, Singapura - Smartphone atau telepon pintar kini tak lagi menjadi perangkat komunikasi biasa. Fungsinya bisa menjadi perangkat bermain game, berjejaring sosial, mengedit foto dan video, dan lainnya. Otomatis, hadirnya beragam fitur menarik ini semakin "mengikat" pengguna agar terus bermain dengan smartphone-nya sehingga menjadi kecanduan.
Rupanya, kecanduan smartphone bukan lagi hal yang harus dibiarkan begitu saja. Menurut informasi yang dilansir laman Press Examiner, Kamis (1/10/2015), kecanduan menggunakan smartphone secara berlebih disebut dalam istilah nomophobia, yakni semacam gangguan yang terjadi ketika penggunanya khawatir saat ia tidak memegang smartphone-nya.
Parahnya lagi, benua Asia memiliki jumlah pecandu smartphone terbanyak dan diprediksi akan terus meningkat. Survei terkini yang dilakukan Science Direct mengungkap, 25 persen dari pengguna smartphone yang mayoritas remaja di Asia mengidap nomophobia.
Lebih lanjut, survei tersebut menjelaskan 72 persen di antara anak-anak berusia 11-12 tahun di Korea Selatan menghabiskan waktunya 5,4 jam sehari untuk menggunakan smartphone. Jumlah ini belum digabungkan dengan total penggunaan smartphone oleh remaja di berbagai negara lain di Asia, termasuk Singapura, yang rupanya memiliki tingkat penggunaan smartphone tertinggi di dunia. Padahal, populasinya hanya sebanyak 6 juta jiwa saja.
Hal tersebut, dipandang Chong Ee-Jau, peneliti dari Touch Cyber Wellness Centre di Singapura, sebagai fenomena yang "mengerikan". Jika tidak ditanggulangi, maka penggunaan smartphone akan disalahgunakan dan menjadi negatif.
"Kebanyakan kalangan remaja kurang dewasa, dan mereka kesulitan serta selalu menyalahartikan penggunaan smartphone," tutur Ee-Jau.
Nyatanya, di Singapura, smartphone menjadi bagian dari kehidupan penggunanya. Ee-Jau membeberkan, penggunaan smartphone sangat sulit untuk dihindari, kebanyakan remaja menggunakan smartphone untuk mengerjakan tugas bersama di aplikasi WhatsApp.
Selain nomophobia, penggunaan smartphone secara berlebihan dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti sakit kepala, iritasi kepala, dan vertigo. Melihat fakta yang sudah dibeberkan, apakah Anda masih ingin "nempel" terus dengan smartphone Anda selama berjam-jam?
(Jek/Dew)*
Makin Banyak Remaja di Asia yang Kecanduan Smartphone
Benua Asia memiliki jumlah pecandu smartphone terbanyak dan diprediksi akan terus meningkat.
diperbarui 01 Okt 2015, 08:33 WIB25 persen dari anak remaja di Asia mengidap Nomophobia atau kecanduan smartphone
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Survei PUSKAPI, Banyak Warga Musi Banyuasin Belum Tahu Ada Pilkada Sumsel 2024
Waktu Terbaik Sholat Taubat, Lengkap dengan Bacaan Dzikir dan Doanya
Maruarar Sirait: Jokowi dan Prabowo Hanya Dukung Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta
Jelajah Keunikan dan Pesona Pulau Tikus Bengkulu
Galaksi Hantu NGC 4535 Contoh Sempurna Galaksi Spiral di Alam Semesta
Kemenag Gorontalo Lambat Cairkan Tukin P3K, Mahasiswa Ikut Protes
Cara agar Terkoneksi dengan Allah saat Sholat, Ini Kuncinya Kata UAH
Deretan WAGs Pemain Diaspora Timnas Indonesia, Mulai Atlet hingga Model Internasional
Gibran Minta Hapus Penerimaan Siswa Sistem Zonasi, Solusi Atau Masalah Baru?
Intip Sejarah di Balik Megahnya Gedung Sate Bandung
OVO Perangi Judi Online, Sinergi dengan Pemerintah dan Swasta
Dugaan Korupsi Nyaris Rp1 Miliar, Dua Mantan Pegawai RSUD Embung Fatimah Batam jadi Tersangka