4 Tokoh Penting Terkait G30S

Apapun versinya, peristiwa ini menjadi salah satu bagian yang selalu dikenang masyarakat Indonesia.

oleh Rita Ayuningtyas diperbarui 30 Sep 2015, 22:26 WIB
Monumen Pancasila Sakti didirikan untuk mengenang keberhasilan Pancasila dalam membendung paham komunis di Indonesia, Jakarta, Selasa (30/9/2014) (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Gerakan 30 September 1965, disingkat sebagai Gestapu atau G30S. Sebuah gerakan yang mengawali babak baru di Indonesia. Babak yang dimulai dari terbunuhnya 6 orang jenderal dan seorang perwira yang dikubur secara tidak manusiawi di Lubang Buaya, Jakarta Timur.

Ada berbagai versi tentang gerakan itu. Hermawan Sulistyo dalam bukunya Palu Arit di Ladang Tebu menyebut ada 5 skenario terkait peristiwa ini. Skenario PKI sebagai dalang, masalah internal Angkatan Darat, Soekarno yang bertanggung jawab, Soeharto dibalik Gestapu, dan jaringan intelijen serta CIA.

John Roosa dalam Dalih Pembunuhan Massal menyebut G30S menjadi peristiwa penting hanya karena Soeharto dan para perwira di sekitarnya pada awal Oktober 1965 memutuskan untuk membuat peristiwa itu menjadi penting.

Apapun versinya, peristiwa ini menjadi salah satu bagian yang selalu dikenang masyarakat Indonesia. Setidaknya ada 4 tokoh dalam catatan Liputan6.com yang disebut-sebut dalam Gestapu, yakni:


Soekarno

Gerakan 30 September (Gestapu) merupakan awal goyahnya kekuasaan Soekarno hingga akhirnya lengser. Sebab, Bapak Proklamasi tersebut menolak untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia setelah berhembus kabar 6 orang jenderal dan seorang perwira diculik oleh partai tersebut.

Terlebih, Wikipedia menyebut Soekarno belum mampu memberikan sebuah sistem ekonomi yang layak untuk mengangkat warganya dari kemiskinan, meski berhasil menyatukan negara Indonesia yang hampir terpecah.


Soekarno lahir pada 6 Juni 1901. Pria asli Blitar itu mendapat julukan putra sang fajar. Sebagai presiden pertama Indonesia, nama Soekarno terkenal hingga ke mancanegara sebagai orator yang ulung (Istimewa)

22 Juni 1966, MPRS menolak pidato pertanggung jawaban Soekarno mengenai sikapnya terhadap peristiwa G30S. Pidato pertanggung jawaban ini ditolak oleh MPRS hingga akhirnya pada 20 Februari 1967 Soekarno menandatangani Surat Pernyataan Penyerahan Kekuasaan di Istana Merdeka.

Soeharto kemudian resmi ditunjuk sebagai presiden Indonesia setahun kemudian. Soekarno hidup sebagai tahanan rumah sampai kematiannya pada 1970.


Soeharto

Bertolak belakang dengan nasib Soekarno, Gestapu menjadi pembuka pintu rezim pria yang berjuluk The Smiling General itu.

Pada peristiwa Gestapu, Soeharto merupakan satu jenderal yang bernasib baik. Dia gagal menjadi target pembunuhan, sedangkan 6 orang jenderal dan seorang perwira lain diculik dan dibunuh. Walaupun, hal ini juga masih diperdebatkan. Versi resmi sejarah pada masa Orde Baru, sehari setelah Gestapu, Soeharto segera mengamankan Jakarta.


Soeharto, Presiden kedua Republik Indonesia

Saat Soekarno mulai meredup, 11 Maret 1966, keluar Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang sampai saat ini masih dipertanyakan keasliannya. Surat itu ditandatangani oleh Soekarno dan berisi perintah agar Soeharto yang masih berpangkat Letnan Jenderal mengambil tindakan penjagaan keamanan pemerintahan dan keselamatan pribadi presiden.

Setelah Soekarno lengser, pada 1968, MPRS resmi menunjuk Soeharto sebagai Presiden Indonesia. Dia terus berkuasa hingga dilengserkan rakyat pada 1998.


DN Aidit

Dipa Nusantara Aidit yang lebih dikenal dengan DN Aidit, lahir di Tanjung Pandan, Belitung, 30 Juli 1923.

Di bawah kepemimpinannya, PKI menjadi partai komunis ketiga terbesar di dunia, setelah Uni Soviet dan RRC. Dia lah yang mengembangkan sejumlah kelompok masyarakat, seperti Pemuda Rakyat, Gerwani, Barisan Tani Indonesia (BTI) dan Lekra.


Dipa Nusantara Aidit. (Wikipedia)

Namun, gerakan PKI ini dinilai semakin berani. Pada 30 September 1965 terjadilah tragedi nasional yang dimulai di Jakarta dengan diculik dan dibunuhnya 6 orang jenderal dan seorang perwira.
 
Versi Pemerintah Orde Baru, gerakan ini dimotori oleh PKI. Sebagai pimpinan partai, Aidit dituduh sebagai dalang peristiwa ini. Tuduhan tersebut belum sempat dibuktikan karena Aidit tewas dalam pengejaran oleh militer ketika melarikan diri ke Yogyakarta. Dia dibunuh oleh militer di sana.


Untung Syamsuri

Letkol Untung Sutopo bin Syamsuri, tokoh kunci Gerakan 30 September 1965. Dia merupakan salah satu biang keladi gerakan itu menurut versi AD, seperti yang Liputan6.com kutip dari buku Palu Arit di Ladang Tebu milik Hermawan Sulistyo.

Dia memimpin pasukan untuk menculik 7 jenderal. Namun, gerakan Komandan Batalyon I Kawal Kehormatan Resimen Tjakrabirawa Letkol Untung Syamsuri itu hanya bertahan 24 jam.

Untung mengaku hanya ingin menculik dan menghadapkan 7 jenderal ke Soekarno. Namun, Soekarno marah dan meminta gerakan tersebut dihentikan. Pada kondisi itu, Untung tidak memiliki rencana cadangan. Dia justru membubarkan pasukannya dan lari.


Letkol Untung Sutopo bin Syamsuri. (Wikipedia)

Untung berpindah-pindah selama 10 hari di Jakarta. Lalu dia naik bus, mencoba lari ke Kebumen, kampung halamannya. Baru sampai Tegal, ada pos pemeriksaan. Takut, Untung malah turun dari bus. Dia disangka copet dan dipukuli massa.

Setelah itu Untung diserahkan pada polisi militer yang membawanya ke Jakarta. Untung diadili dan ditembak mati. (Bob/Ron)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya