Liputan6.com, Jakarta - Ulama merupakan sosok sentral dalam memberi pencerahan tentang kebenaran dan perdamaian. Apalagi menghadapi ancaman paham kekerasan dan aksi-aksi terorisme, yang mengatasnamakan agama.
Melawan aksi terorisme tidak harus menggunakan kekuatan militer. Namun lebih baik mencegahnya dengan menggunakan soft power.
Advertisement
"Di sini tugas ulama dan imam masjid dibutuhkan untuk terus menggaungkan syiar tentang agama yang rahmatan lil alamin sekaligus untuk meluruskan propaganda-propanda negatif yang dilancarkan pihak-pihak yang ingin menodai agama Islam dan merusak peradaban dunia," kata Anggota Komisi VIII DPR KH Maman Imanulhaq, Jakarta, Rabu (30/9/2015).
Menurut politisi PKB ini, ulama harus menjadi fasilitator dan mediator dalam menciptakan perdamaian di tengah konflik kekerasan mengatasnamakan agama. Ulama dan kiai memiliki pengaruh besar dalam sistem masyarakat di Indonesia, terutama pada lingkungan kiai tersebut tinggal.
"Apa yang dikatakan dan diajarkan kiai atau imam masjid, selalu menjadi pegangan dalam masyarakat sekitar," ujar Maman.
Sebab, sambung Maman, aksi terorisme berawal dari sebuah pemahaman yang salah soal jihad. Bahkan jihad dijadikan paham ideologis yang melahirkan sikap puritan.
Setidaknya ada 4 ciri sikap puritan, yaitu tidak toleran perbedaan, cenderung berpikir literalis dan mengabaikan aspek lokal dan sejarah. Yang ketiga, jadi lebih memilih jalan kekerasan dan kebencian, daripada dialog dan persaudaraan. Dan terakhir bersikap picik dan eksklusif dan melakukan sesuatu tanpa tujuan dan misi yang jelas.
"Puritanisme, perlahan tapi pasti akan menumbuhkan radikalisme yang pada akhirnya memunculkan terorisme," tutur Pengasuh Ponpes Al-Mizan Sumedang ini.
Sejauh ini, BNPT telah menjalankan program pencegahan paham kekerasan dan terorisme dengan menggandeng berbagai lembaga dan unsur masyarakat.
Maman mendukung apa yang dilakukan BNPT terutama merangkul ulama dalam pencegahan terorisme dan kekerasan.
"Perlu ada kampanye pencegahan paham kekerasan dan terorisme melalui melalui materi khotbah. Caranya ya seperti yang dilakukan BNPT dengan mendatangi dan memberi pemahaman yang benar pada para kiai, baik itu kiai pondok pesantren besar maupun kiai langgar," tutur Kiai Maman.
Imam Besar Masjid Istiqlal KH Ali Mustafa Yakub yang juga Ketua Umum Ikatan Persaudaran Imam Masjid (IPIM) menjelaskan saat ini umat sedang diadu, dan pemicunya ialah adanya imam-imam masjid yang kadang kurang pembekalan.
Akibatnya, masjid sering digunakan untuk memecah belah umat. Karenanya IPIM hadir mengakhiri tren pengajaran agama yang kerap menyisipkan ajakan kekerasan dan permusuhan tersebut.
Tugas utama IPIM, seperti dijelaskan Ali Mustafa Yakub, memperkenalkan Islam yang ramah, bukan Islam yang marah. Imam masjid diakuinya memiliki peran penting dalam menebar ajaran agama yang damai, karena mereka selalu kontak dengan masyarakat minimal 5 kali sehari. (Ali/Dan)