Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan realisasi deflasi 0,05 persen untuk periode September 2015. Realisasi ini berbeda dengan posisi September 2014 yang mencatatkan inflasi sebesar 0,27 persen. JIka dibandingkan Agustus 2015, angka realisasi September kemarin juga lebih rendah karena pada bulan lalu tercatat inflasi 0,39 persen.
Kepala BPS, Suryamin menuturkan inflasi terkendali di angka 6,83 persen secara tahun ke tahun (Year on Year). Kalau secara tahun kalender (year to date) tercatat 2,24 persen. Komponen inti pada September 2015 tercatat 0,44 persen, sedangkan tingkat inflasi komponen inti tahun ke tahun mencapai 5,07 persen.
"Setelah melewati puasa dan Lebaran, kontrol pemerintah dalam mengendalikan harga bagus," jelas Suryamin saat Konferensi Pers Inflasi September 2015 di kantornya, Jakarta, Kamis (1/10/2015).
Suryamin membandingkan, angka realisasi deflasi ini cukup bagus jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada 2014, tercatat inflasi September di 0,27 persen. Pada 2013, tercatat deflasi September di level 0,35 perse dan di 2012 tercatat inflasi sebesar 0,01 persen.
Deflasi pada September 2015 ini disumbang oleh sektor bahan makanan yang mengalami deflasi 1,07 persen. Selain itu, sektor transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami deflasi 0,40 persen.
Daging dan hasilnya mengalami deflasi hampir 5,12 persen. "Daging ayam paling besar setelah lewat Lebaran. Telur ayam, susu dan hasil-hasilnya juga deflasi," tambahnya.
Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk, Ryan Kiryanto memperkirakan inflasi bulan kesembilan ini akan bergerak pada kisaran 0,1 persen. Sementara inflasi tahunan (year on year) mencapai 6,8 persen.
"Melemahnya konsumsi secara umum menjadi penyebab utama inflasi September 2015 lebih rendah. Termasuk penurunan impor barang konsumsi yang membuat imported inflation ikut rendah," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Kamis 1 Oktober 2015.
Seperti diketahui, penurunan konsumsi terjadi akibat pelemahan daya beli masyarakat, sedangkan merosotnya impor barang konsumsi dipicu karena pelemahan nilai tukar rupiah yang sudah nyaris menyentuh 14.700 per dolar AS.
Ryan mengimbau pemerintah agar tetap mewaspadai pergerakan inflasi inti yang masih cukup tinggi berkisar 5 persen. Cara mengendalikannya, kata dia, dengan menjaga pasokan bahan pangan mengingat ada musim kering berkepanjangan atau El Nino tahun ini.
"Saya optimistis inflasi akan mencapai 4,7 persen-5,0 persen di akhir 2015. Yang harus dilakukan pemerintah, menjaga sisi persediaan agar jangan terjadi shortage yang berpotensi mendorong kenaikan harga," ucap Ryan. (Fik/Gdn)
Advertisement