Liputan6.com, Jakarta - Harga beras yang cenderung fluktuatif membuat pedagang beras di pasar tradisional resah. Lantaran di musim kemarau berkepanjangan atau El Nino, pedagang memperkirakan harga beras berpotensi naik hingga Rp 1.000 per Kilogram (Kg) dan kondisi ini akan semakin memukul daya beli masyarakat.
"Selama Jokowi memimpin, kita belum bisa tenang. Ekonomi lagi tidak bagus, dan lamban penyelesaiannya. Janji-janji Jokowi saja belum direalisasikan. Inginnya sejahterakan rakyat, tapi ini justru kebalikannya," keluh Rahmat (35) salah satu pedagang beras saat berbincang dengan Liputan6.com di Pasar Kemiri, Rawa Buaya, Cengkareng, Jakarta Barat, Kamis (1/10/2015).
Advertisement
Rahmat sangat berharap, agar harga beras tetap stabil dalam kondisi apapun. Kecenderungannya, harga beras baru mengalami kenaikan jika bulan puasa tiba. Tapi kini, kenaikan harga beras tidak mudah diprediksi, bahkan sulit turun atau stabil.
"Dulu aman-aman saja, ekonomi maupun harga beras stabil. Paling cuma bulan puasa saja naik. Kalau sekarang harga beras saja naik Rp 500 per kg, itu bertahan sejak setelah Lebaran karena musim kemarau dan harga gabah mulai naik. Saat 6 bulan lalu juga naik tinggi sampai Rp 700 per kg, dan jika musim kemarau makin lama, mungkin saja harga beras loncat Rp 1.000 per kg," jelas dia.
Salah satu upaya saat harga beras melambung adalah membuka keran impor dalam rangka stabilisasi harga. Hanya saja semenjak isu beredarnya beras plastik, kata Rahmat, impor beras seakan ditutup.
"Lagipula kualitas beras impor jelek, khususnya beras medium asal Thailand, gampang berkutu, makanya saya tidak mau jualan beras impor walaupun harganya lebih murah," terangnya. (Fik/Ahm)