Trend Micro: Cyber Crime Tak Hanya Mengincar Korporasi Besar

`Kejahatan siber bukan lagi hanya sebuah istilah, namun benar-benar sesuatu yang mengancam para pengguna internet`

oleh Agustinus Mario Damar diperbarui 01 Okt 2015, 18:27 WIB
`Kejahatan siber bukan lagi hanya sebuah istilah, namun benar-benar sesuatu yang mengancam para pengguna internet`

Liputan6.com, Jakarta - Isu mengenai keamanan siber yang sebelumnya kurang mendapat perhatian, ternyata sekarang telah berubah dan menjadi salah satu pembahasan global.

Hal ini dikarenakan sekarang beberapa pihak telah menyadari bahwa dengan koneksi internet, pengguna rentan menjadi sasaran empuk kejahatan siber. Meskipun tidak sedikit pihak yang masih berpikir bahwa kejahatan siber belum begitu berbahaya.

"Kejahatan siber bukan lagi hanya sebuah istilah, namun benar-benar sesuatu yang mengancam para pengguna internet," ujar Myla Pilao, Director Trendlabs Research Trend Micro, yang ditemui tim Tekno Liputan6.com di acara Cybercrime 2015 yang diadakan Trend Micro, Kamis (1/10/2015) di Jakarta.

Terlebih kejahatan siber sekarang ini telah mengalami perubahan dari dulu yang mungkin dirasa lebih menyasar pada korporasi besar, namun untuk saat ini ternyata sasaran dari kejahatan siber lebih luas.

Bahkan, dari data yang dikumpulkan per Juni 2015, ditemukan bahwa korban kejahatan siber lebih besar menyerang perusahaan kecil dan menengah.

"Banyak cara dilakukan para pelaku kejahatan siber menyerang korbannya, termasuk dengan menggunakan website jebakan untuk menarik korbannya, email palsu, atau menggunakan malware tradisional," ungkap Myla.

Hal inilah yang menurut Myla mungkin tidak terasa langsung, namun benar-benar terjadi pada saat ini. Ditambah, salah satu yang paling mengkhawatirkan bahwa kejahatan ini tidak lagi benar-benar dilakukan secara acak.

Sebab, banyak dari pelakunya merupakan sebuah kelompok orang yang terorganisir dan menyasar targetnya secara pribadi, salah satunya adalah Ransomware yang sempat heboh beberapa waktu lalu. 

"Namun, tidak tertutup kemungkinan bahwa akan ada kejahatan siber yang dilakukan perseorangan atau yang dikenal sebagai solo cybercriminals, seperti yang sudah terjadi di beberapa negara," bebernya.

Salah satu ciri dari solo cybercriminal adalah selain pelakunya seorang diri kebanyakan dari mereka masih muda, sangat agresif dalam menyasar korbannya, dan bagian dari sebuah komunitas bawah tanah yang juga anonim sehingga sangat sulit untuk dilacak.

"Untuk mampu menghadapi kejahatan siber di masa sekarang ini, para pelaku keamanan siber harus mulai memikirkan ulang strategi lama yang telah ada," pungkas Myla.

"Serangan yang ada sekarang berbeda dari seranganyang sebelumnya, oleh karena itu dibutuhkan strategi baru juga untuk mengatasinya," sambungnya.

Myla mengatakan bahwa salah satu cara untuk menanggulangi kejahatan siber ini adalah dengan mulai menjalin kerja sama dengan beberapa pihak termasuk pemerintah dan pihak swasta untuk kemudian sama-sama membahas mengenai kemungkinan regulasi serta solusi yang dapat diterapkan.

"Kita harus bersama-sama meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mengenai kejahatan siber, salah satunya adalah dengan mulai membicarakan masalah keamanan ini dalam percakapan sehari-hari," tutup Myla.

(dam/isk)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya