Liputan6.com, Jambi - Bencana kabut asap menelan korban jiwa. Bayi berusia 15 bulan di Jambi meninggal dunia akibat menghirup udara yang selama 2 bulan diselimuti kabut asap.
Dengan jatuhnya korban jiwa, pemerintah dinilai lalai dalam melindungi warganya dari bencana kabut asap.
Advertisement
Seperti ditayangkan Liputan 6 Malam SCTV, Jumat (2/9/2015), suasana duka masih mewarnai keluarga pasangan Ahmad dan Nur Komariah. Warga Lorong Sumberrejo, Jambi Selatan, Kota Jambi ini baru saja kehilangan putrinya.
Nabila Julia Rahmadani yang 5 Oktober mendatang berusia 15 bulan, meninggal dunia 2 hari lalu. Menurut dokter yang merawatnya, Nabila kehabisan oksigen gara-gara paru-parunya dipenuhi dahak. Penyebabnya karena sejak 2 bulan terakhir menghirup udara beracun yang bersumber dari kabut asap.
10 Hari sebelum meninggal dunia, Nabila menderita batuk dan pilek, dan diperiksa ke dokter. Ternyata kondisinya memburuk, sehingga sang ayah membawa ke rumah sakit. Namun sang putri akhirnya meninggal dunia.
Ahmad berharap cukuplah putrinya saja yang jadi korban kabut asap. Ia meminta pemerintah serius mengatasi pembakaran lahan yang memicu kabut asap, sehingga tidak ada korban lagi.
Kalangan LSM menilai pemerintah lalai mengatasi kebakaran lahan. Meski sudah berlangsung 2 bulan, tak satupun perusahaan yang diduga terlibat pembakaran lahan terkena sanksi hukum.
Padahal lahan yang terbakar, sebagian malah berada di areal mereka.
Bukan cerita baru jika pemerintah lamban. Sudah bertahun-tahun lahan sengaja dibakar, namun hingga kini tidak ada sanksi tegas yang diberikan kepada pelaku usaha.
Yang dihukum hanya operator yang menerima upah dari pemilik usaha. (Nda/Ron)