Liputan6.com, Oregon - Kamis, 1 Oktober 2015 pukul 10.30, Chris Harper Mercer masuk ke ruang kelasnya di kampus Umpqua Community College di Roseburg, Oregon, Portland, Amerika Serikat.
Namun, ia tak berniat belajar. Alih-alih buku, Mercer membawa senjata dan memakai rompi antipeluru. Lalu, sekonyong-konyong pemuda 26 tahun itu menembaki dosen dan teman-temannya.
Kepala polisi atau Sheriff Douglas County, John Hanlin mengatakan, sembilan orang tewas akibat ulah Mercer. "Mereka yang tewas berusia 18-67 tahun," kata Hanlin seperti dikutip dari CNN, Sabtu (3/10/2015). Pelaku juga mengembuskan napas terakhir di lokasi kejadian setelah terlibat baku tembak dengan polisi.
Pihak kampus, Rita Cavin mengatakan, Mercer terdaftar di kelas Bahasa Inggris dan teater. Pria 26 tahun itu melepaskan tembakan di kelas Bahasa Inggris.
Celinez Nunez dari Bureau of Alcohol, Tobacco, Firearms and Explosives mengatakan, para penyelidik menemukan 13 senjata terkait pelaku. Lima pistol dan 1 senjata ditemukan di kampus. Polisi yang menggeledah apartemennya menemukan 2 pistol, 4 senapan, dan 1 shotgun.
Semua senjata diperoleh secara resmi oleh pelaku dan anggota keluarganya dalam kurun waktu 3 tahun dari pedagang yang punya izin dari pemerintah.
Sejauh ini motif Mercer melakukan penembakan belum bisa dipastikan. Senator Jeff Merkley mengatakan, salah satu sepupunya termasuk dalam daftar korban tewas. "Ini adalah kota kecil, insiden tersebut berdampak pada semua orang.
Advertisement
Anastasia Boylan terluka dalam insiden tersebut. Ia menceritakan pada ayahnya, Stacy, detik-detik terjadinya penembakan massal.
Setelah memasuki kelas, tanpa peringatan, Mercer langsung menembak dosennya. "Aku telah menantikan ini selama bertahun-tahun," kata dia.
Pelaku kemudian meminta mereka yang beragama Kristiani berdiri. Lalu, ia berkata, "kalian akan bertemu Tuhan sedetik lagi," kata Stacy, menirukan pernyataan putrinya. "Kemudian, pelaku menembak dan membunuh mereka."
Peluru bersarang di punggung Anastasia Boylan. Saat bersimbah darah, perempuan 18 tahun itu mengaku, pelaku sempat memanggilnya. "Hei kamu, gadis berambut pirang."
Namun, Anastasia tak menjawab. Ia pura-pura mati. Keputusan yang tepat, sebab, tindakan itulah yang mungkin menyelamatkan nyawanya.
Keterangan lain yang menarik dalam penyelidikan adalah pelaku disebut-sebut menyerahkan sebuah kotak pada korban selamat. Memintanya menyerahkan pada polisi.
Namun, apa sebenarnya yang ada dalam kotak tersebut masih jadi misteri.
Sementara itu, keluarga Chris Harper Mercer mengaku prihatin dengan insiden penembakan massal di Oregon. "Itu adalah hari yang sangat berat. Bagiku juga keluargaku," kata ayahnya, Ian.
Chris Harper Mercer belum terindikasi bergabung dengan organisasi mana pun, meski ia terang-terangan mengaku tertarik dengan Nazi dan IRA. Pihak keluarga menyebut, pelaku menderita gangguan mental dan sedang mencari pengobatan. (Ein/Mvi)*