Mengais Longsor Guatemala demi Memakamkan Korban secara Layak

Harapan untuk menemukan korban longsor dalam kondisi hidup kian pupus. Kini, keluarga hanya ingin menguburkan jasad mereka dengan layak.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 05 Okt 2015, 18:39 WIB
Proses pemakaman salah satu warga yang menjadi korban longsor di Santa Catarina Pinula, Guatemala City (2/10/2015). Musibah tanah longsor ini menewaskan sedikitnya 73 orang dan sebanyak 600 orang dinyatakan hilang. (Reuters/ Josue Decavele)

Liputan6.com, Guatemala City - Harapan untuk menemukan korban longsor Guatelama dalam kondisi bernyawa, kian menipis. Keluarga dan kerabat mereka hanya bisa pasrah.

"Aku tidak berharap saudaraku masih hidup. Tapi aku berharap bisa menemukan jasadnya, supaya aku bisa menguburkan," kata Gaby Ramirez sambil mengais-ngais tanah dengan sekop, seperti dikutip Liputan6.com dari The Guardian, Senin (5/10/2015)

"Aku tak bisa membiarkan ia di sini. Aku harus menguburkan," isak Ramirez.

Ramirez adalah salah satu keluarga yang berhasil selamat dari bencana tanah longsor luar biasa yang dialami warga Santa Catarina Pinula, Guatemala pada Kamis malam, 1 Oktober 2015. Namun, ia harus kehilangan saudara laki-lakinya. 

Bencana ini menewaskan lebih dari 130 orang sementara 350 lainnya dilaporkan hilang.

Penampakan tanah longsor di Guatemala City (2/10/2015). Musibah tanah longsor ini menewaskan sedikitnya 73 orang dan sebanyak 600 orang dinyatakan hilang. (Reuters/ Josue Decavele)

Sergio Cabanas, petugas senior dari Badan SAR Guatemala, Conred, dalam keterangannya mengatakan bahwa ia ragu ada orang yang selamat dalam timbunan tanah tebal. "Kami sudah tidak bisa lagi mengharapkan orang selamat," kata Cabanas.

Keluarga korban berharap jasad para korban ditemukan, agar dapat dimakamkan dengan layak.

Berbekal dengan foto, keluarga korban masih menanti kabar di lokasi kejadian. Beberapa di antara mereka terus mengucurkan air mata. Mereka juga tak henti-hentinya memohon agar jenazah kelurganya dicari dan ditemukan.

Ana Maria Escobar salah satunya. Matanya sembab, memerah. Ia tak henti-hentinya terisak memohon petugas mencari keluarganya. Escobar membawa foto-foto keluarganya meminta apakah salah satunya ditemukan. Ada 21 anggota keluarganya dilaporkan hilang.

"Ini adalah kejadian terburuk yang menimpa keluargaku," tangisnya. "Sejauh ini hanya jasad adik iparku yang ditemukan."

 

Proses pemakaman salah satu warga yang menjadi korban longsor di Santa Catarina Pinula, Guatemala City (2/10/2015). Musibah tanah longsor ini menewaskan sedikitnya 73 orang dan sebanyak 600 orang dinyatakan hilang. (Reuters/ Josue Decavele)

Lebih dari 1.800 aparat dikerahkan mencari jenazah yang tertimbun. Keluarga menyalakan lilin di sekitar lokasi tanah longsor. Berdoa dan berharap orang-orang terkasih segera ditemukan.

"Aku mungkin salah satu yang beruntung. Keluarga lain belum juga menemukan jenazah keluarga mereka," ujar Alejandro Lopez kepada Reuters. Dia segera menemukan jenazah dua anak perempuannya serta cucu laki-lakinya. "Namun, aku masih mencari istriku. Ibu dari dua anak perempuanku," tuturnya pelan.

Di tempat pemakaman umum di tengah kota Guatemala, banyak keluarga bersiap menyiapkan liang makam.

Reginaldo Gomez baru saja menguburkan cucunya Andres dan meminta penjaga makam menyisakan dua kapling untuk ibu Andres dan istrinya.

"Andres anak yang bahagia, manis dan menyenangkan. Namun, ia tak di sini lagi. Ia tak di sini lagi bersamaku," ucapnya Gomez sedih.

Tragedi tanah longsor yang menyedihkan ini melanda Guatemala sekian minggu setelah gejolak politik terjadi di negeri itu. Terlebih, mereka sedang mempersiapkan pemilu untuk memilih presiden baru.

Bulan lalu, Presiden Otto Perez diminta turun dari jabatannya setelah diketahui melakukan korupsi. (Rie/Ein)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya