Liputan6.com, Jakarta - Penemuan jenazah bocah perempuan 9 tahun dalam kardus di Kalideres, Jakarta Barat Jumat 2 Oktober lalu menyita perhatian banyak kalangan. Di antaranya anggota Komisi VIII DPR yang membidangi masalah agama, sosial, dan pemberdayaan perempuan.
Anggota Komisi VIII DPR Desy Ratnasari mengatakan, hal terpenting untuk mencegah terjadinya kekerasan anak adalah dengan memperkuat peranan keluarga.
"Apa pun segala perilaku yang aneh-aneh itu bisa diminimalisir, dengan adanya kewaspadaan dan pendidikan orangtua. Jadi sebetulnya yang harus dikuatkan adalah institusi keluarga. Keberadaan ibu dan ayah harus betul-betul bisa memberikan pendidikan mental, sosial kepada anak-anak," ujar Desy di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (5/9/2015)
Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) itu berpendapat, selain keluarga, terdapat juga hal lain yang perlu diantisipasi untuk mencegah kekerasan terhadap anak. Di antaranya lingkungan di sekitar.
"Bahwa kesadaran melindungi anak-anak itu tidak hanya dari orangtuanya saja, tetapi dari masyarakat di sekitarnya. Bisa juga diaktifkan kembali karang taruna, siskamling untuk menjadi sarana perlindungan menyeluruh terhadap anak-anak," tutur dia.
Desy menilai, perilaku kekerasan kerap terjadi karena didorong oleh motivasi seseorang di sekitarnya. Yakni dorongan seksual, kelainan seksual, atau tidak mempunyai pekerjaan.
Karena itu, dia menegaskan, negara harus menerapkan semua Undang-Undang Perlindungan Anak yang sudah dibuat, dan membuat undang-undang peraturan di bawahnya untuk bisa diaplikasikan dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
"Yang terpenting adalah konsisten saja terus menerus penerapan aturannya dan kesadaran ini diungkapkan kepada masyarakat. Dan masyarakat konsisten menjalankan kesadaran itu dalam kehidupan sehari-hari, itu yang paling benar," ujar dia.
"Mari kita bangun kesadaran di orangtua, orangtua yang paling utama, karena itu merupakan awal ketahanan sebuah keluarga, awal perlindungan yang bisa diberikan kepada anak. Ayah dan ibu itu adalah pertahanan pertama, itu yang harus dijalankan," pungkas Desy.
Jenazah bocah F ditemukan sejumlah pemuda dalam kardus di kawasan Kalideres, Jakarta Barat pada Jumat 2 Oktober lalu. Bocah nahas ini diduga korban kekerasan, sebab jenazahnya tidak berbusana dengan mulut dan kedua tangannya terikat lakban. (Rmn/Sss)
Saran Desy Ratnasari Pasca-Penemuan Jasad Bocah F di Kalideres
Selain keluarga, terdapat juga hal lain yang perlu diantisipasi untuk mencegah kekerasan terhadap anak.
diperbarui 05 Okt 2015, 17:04 WIBAdvertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 Liga InternasionalLiverpool Bayar Mahal Kemenangan atas Real Madrid di Liga Champions
9 10
Berita Terbaru
Saksikan Sinetron Naik Ranjang Episode Jumat 29 November 2024 Pukul 20.00 WIB di SCTV, Simak Sinopsisnya
HEXA Dapat Pesanan 360 Ekskavator Buat Cetak Sawah Baru di Kapuas dan Merauke
Negara Penghasil Minyak Sawit Kumpul di Jakarta, Bahas Volatilitas Pasar hingga Perubahan Iklim
7 Jenazah WNI Tewas Kecelakaan di Malaysia Dipulangkan ke Indonesia 3 Tahap
Cara Membuat Pizza Teflon: Panduan Lengkap untuk Pemula
Apa Itu Moci: Panduan Lengkap Mengenal Kudapan Kenyal Khas Jepang
Sah! Prabowo Naikkan UMP 2025 Jadi 6,5%
Jubir Bantah Ridwan Kamil Kirim Karangan Bunga Ucapan Selamat untuk Pramono-Rano
100+ Nama Aesthetic Girl TikTok yang Bikin Akunmu Makin Hits dan FYP
Tim Dengan Trofi Liga Inggris Terbanyak Sepanjang Sejarah, Manchester United Memimpin!
Sarwendah Merasa Risih Dijodoh-jodohkan Netizen dengan Boy William
Euforia Itu Apa: Memahami Fenomena Kegembiraan Berlebihan