Liputan6.com, Jakarta Tim Pra PON Bali batal bertanding melawan tim dari Nusa Tenggara Barat. Kedua tim seharusnya berarung di Stadion I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, Senin (5/10).
Tidak terbitnya rekomendasi dari pihak kepolisian memaksa duel Pra PON tersebut dibatalkan. Sikap ini menyusul terbitnya permohonan dari Tim Transisi bentukan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) kepada Mabes Polri. Sekretaris Asprov PSSI NTB, Muhazam mengaku sangat kecewa dengan keputusan sepihak Tim Transisi. Apalagi, pembatalan pertandingan itu dilakukan secara mendadak, hanya beberapa jam sebelum pertandingan dimulai.
"Tentu sangat kecewa dengan pembatalan yang sangat tiba-tiba. Karena kita sudah melakukan persiapan cukup lama," kata Muhazam kepada Liputan6.com, di Stadion Kapten I Wayan Dipta Gianyar, Senin (5/9/2015).
Menurut dia, sejak awal ketika PSSI dan KONI NTB memberikan jadwal, persiapan langsung dilakukan. Salah satunya adalah training camp (TC). "Kita TC pemain pun lebih banyak mengeluarkan dana pribadi. Tiba-tiba sampai di sini, dengan bermodalkan kekuasaan Tim Transisi membatalkan pertandingan. Itu kami sangat kecewa," katanya.
Ia mempertanyakan tanggung jawab Tim Transisi dalam hal pembinaan. "Sampai di mana tanggung jawab pemerintah, dalam hal ini Kemenpora terhadap pembinaan sepakbola. Di daerah ini kan kita melakukan pembinaan," ucap dia. Apalagi, Muhazam melanjutkan, PON ini merupakan hajat Negara.
"PON ini kan gawe nasional, negara. Kok sebegitunya Kemenpora melalui Tim Transisi seenaknya membatalkan itu. Di mana dia tunjukkan rasa pembinaan yang sering disebut kalau caranya seperti ini," kecam Muhazam.
Selanjutnya, Muhazam mengaku akan menyurati Tim Transisi untuk meminta ganti kerugian yang ditimbulkan akibat pembatalan pertandingan Pra PON. "Kami akan menyurati Tim Transisi. Kita meminta kompensasi ganti rugi terhadap semua biaya yang sudah kita keluarkan sampai dengan saat ini," katanya.
Hingga kini, Muhazam mengaku telah mengeluarkan dana sebesar Rp250 juta. Dana sebanyak itu ia rogoh dari kocek pribadinya. "Dana pribadi kami kurang lebih Rp250 juta. Kami hanya dibantu KONI daerah sebesar Rp40 juta saja," beber Muhazam.
Sementara akibat pembatalan pertandingan itu Muhazam pun langsung memulangkan anak asuhnya. "Malam ini terpaksa kami pulangkan untuk efisiensi. Kami juga akan tanyakan nasib kami ini seperti apa," tutup Muhazam. (Rco)
Advertisement