Liputan6.com, Jakarta Andy F Noya dengan senang hati membantu Menteri Kesehatan Republik Indonesia menangani Komite Mata Nasional. Andy yang terlebih dahulu dikenal sebagai wartawan kini menjabat sebagai Ketua Komite Mata Nasional ini. Andy bertekad hendak menurunkan jumlah orang dengan katarak di Indonesia.
"Karena saya sendiri mengalami apa yang terjadi di daerah tertinggal, termiskin, dan terjauh, di mana akses untuk mendapat pengobatan katarak sulit diperoleh," kata Andy F Noya dalam diskusi menyambut Hari Penglihatan Sedunia 2015 di Gedung Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, HR Rasuna Said, Jakarta, Selasa (6/10/2015).
Advertisement
Andy F Noya mengatakan, cukup banyak saudara kta di daerah tertentu yang hidup di bawah garis kemiskinan atau pra-sejahtera sulit mendapatkan akses pengobatan yang memadai. Berbeda dengan orang sulit yang hidup di kota besar seperti Jakarta, yang masih bisa 'hidup' dengan bantuan BPJS.
"Mungkin letak geografis, transportasi yang sulit, serta sarana dan pra-sarana yang minim, yang membuat mereka selama ini terabaikan. Inilah saatnya kita concern pada saudara-saudara kita yang sulit mendapatkan akses kesehatan, dalam hal ini mata," kata Andy F Noya.
Katarak merupakan penyebab terbesar kebutaan yang menimpa masyarakat Indonesia. Padahal, katarak dapat ditangani sedini mungkin, dan kebutaan pun dapat dihindari.
Sebagai Ketua Komite Mata Nasional, Andy F Noya mengimbau, jangan pernah abai terhadap kesehatan mata, terutama kebutaan, karena dapat menurunkan produktivitas. Jika dibiarkan terlalu lama, biaya pengobatan mata akan semakin mahal. "Kondisi ini tidak bisa dianggap main-main," kata Andy.
Memang, kondisi mata ini tidak menyebabkan kematian seperti halnya penyakit jantung dan kanker. Meski begitu, kita tidak bisa bersikap acuh karena masalah kebutaan ini dapat menimbulkan banyak sekali masalah. "Terutama tingkat produktivitas pada orang berumur 50 tahun ke atas," kata Andy. Bagaimana juga orang tua harus tetap produktif. (*)