Liputan6.com, New York - Goldman Sachs Inc memprediksi bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve akan menunda kenaikan suku bunga hingga 2016.
Kepala Ekonom Goldman Sachs di New York, Jan Hatzius dalam catatannya kepada klien menyampaikan kalau bank sentral AS mempertimbangkan kinerja perusahaan, perlambatan produksi dan kesempatan kerja.
Advertisement
Hatzius mengatakan, sejumlah kabar negatif dari hasil produksi dan kesempatan kerja berpotensi menghasilkan pergeseran cukup besar untuk prospek kebijakan moneter.
"Angka-angka pertumbuhan dan pasar tenaga kerja selama beberapa bulan ke depan itu akan menjadi lebih penting dari biasanya," kata Hatzius.
Berdasarkan survei Bloomberg, harapan pelaku pasar terhadap kemungkinan bank sentral AS akan menaikkan suku bunga pada tahun ini turun menjadi 35,2 persen dari 60 persen pada Agustus.
Selain itu, sejumlah pelaku pasar juga memangkas taruhan kalau bank sentral AS akan menaikkan suku bunga pada 2015.Ada pun kesempatan bank sentral AS akan menaikkan suku bunga pada pertemuan 27-28 Oktober 2015 susut menjadi 10 persen. Hal itu menyusul rilis data tenaga kerja non sektor pertanian dan pemerintah hanya bertambah 142 ribu pada September 2015 dari perkiraan 200 ribu.
"Setelah Anda mendapatkan data tenaga kerja yang lemah itu sangat sulit bagi mereka untuk menaikkan suku bunga. Saya bertaruh mereka tidak akan menaikkan suku bunga ke depan," ujar Hideo Shimomura, Kepala Manajer Investasi Mitsubishi UFJ Kokusai seperti dikutip dari laman Bloomberg, Selasa (6/10/2015).
Spekulasi kenaikan suku bunga bank sentral AS tertunda itu juga membuat imbal hasil obligasi atau surat utang pemerintah AS bertenor 10 tahun turun dua basis poin atau 0,02 persen menjadi 2,04 persen. (Ahm/Igw)