DPR Minta Pengusutan Kasus Salim Kancil Tidak Berhenti di Kades

Tidak menutup kemungkinan, selain Kades Haryono masih ada dalang dibalik pembunuhan Salim Kancil

oleh Taufiqurrohman diperbarui 06 Okt 2015, 18:55 WIB
Kades Selok Awar-Awar terancam hukuman 10 tahun penjara, karena diduga mengetahui latar belakang kasus pembunuhan Salim alias Kancil.

Liputan6.com, Jakarta - Komisi III DPR mendesak kepolisian agar melanjutkan penyidikan kasus pembunuhan aktivis antipenambangan pasir ilegal Salim Kancil. Pasalnya, tidak menutup kemungkinan masih ada dalang dibalik pembunuhan yang diduga diotaki Kepala Desa Selok Awar-awar, Haryono.

"Jangan cuma stop di kepala desa, jangan-jangan kepala desa cuma melindungi dari sisi kekuasaanya, tapi bisa jadi ada aktor besar yang jadi bekingnya. Maka di sini polisi diuji kredibilitasnya, jadi harus diungkap tuntas," kata anggota Komisi III DPR Jazuli Juwaini di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selas(6/10/2015).

Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu mengaku sangat geram terhadap peristiwa tersebut. Sebab, di mana ada masyarakat yang peduli terhadap ‎lingkungan justru malah dibunuh.

"Salim Kancil jelas jadi korban sekelompok orang yang terganggu dengan sikap dan perannya yang sangat kritis atas persoalan-persoalan lingkungan‎. Ini jelas gaya premanisme yang berlindung di bawah kekuasaan," tutur dia.

Jazuli juga ‎menegaskan, negara harus hadir untuk melindungi masyarakatnya dalam hal kebebasan berpendapat, terlebih untuk kepedulian masalah lingkungan.

Selain itu, peran kepolisian juga diharapkan maksimal dan menghukum para pelaku dengan hukuman yang sesuai perundang-undangan agar menimbulkan efek jera dan masyarakat merasa terlindungi.

"Karena ini dibiarkan, maka akan memberikan efek yang sangat negatif bagi pemerhati lingkungan lainnya. Aparat harus bertindak tegas. Jangan hanya menangkap pelaku lapangan saja, tapi juga aktor intelektualnya karena ini semua terencana," tandas Jazuli Juwaini.

Aktivis yang juga petani, Salim Kancil, ditemukan tewas setelah dijemput puluhan orang dari rumahnya. Jenazahnya digeletakan di sebuah jalan desa dengan sejumlah bekas luka disekujur tubuhnya.

Begitu pula rekan sesamanya, Tosan yang nyaris tewas dianiaya massa pro-penambangan pasir dan ditinggalkan dalam kondisi luka parah di sebuah lapangan desa. Hingga kini Tosan masih terbaring di ruang isolasi Rumah Sakit Saiful Anwar, Kota Malang, Jawa Timur. (Dms/Sun)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya