Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah kembali melanjutkan penguatan pada perdagangan Rabu (7/10/2015) pagi ini. Penyebab penguatan tersebut adalah banyaknya sentimen positif, baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah berada pada kisaran level 13.934 per dolar AS pada pukul 09.55 WIB. Rupiah dibuka menguat di level 14.180 per dolar AS dibandingkan penutupan pada hari kemarin di level 14.241 per dolar AS.
Advertisement
Sejak pagi hingga menjelang siang ini, nilai tukar rupiah bergerak pada kisaran 13.911 hingga 14.180 per dolar AS.
Sementara itu, kurs tengah atau kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) mencatat nilai tukar rupiah menguat 317 poin menjadi 14.065 per dolar AS pada Rabu, dari perdagangan Selasa yang berada di level 14.282 per dolar AS.
Menurut Head of Research Archipelago Asset Management AG Pahlevi, rupiah menguat karena sentimen positif dari faktor eksternal dan internal.
Dari faktor eksternal, katanya, data ketenagakerjaan Amerika Serikat yang dirilis pada Jumat pekan lalu tidak sesuai ekspektasi pasar. Menurut Pahlevi, hal itu akan berpotensi menunda kenaikan suku bunga oleh the Fed.
"Kemungkinan kenaikan suku bunga the Fed ditunda hingga tahun depan." Kata Pahlevi.
Di sisi lain, Pahlevi juga melihat banyaknya sentimen positif dari dalam negeri yang mendorong penguatan rupiah. Kembalinya investor asing mengingat harga saham saham di Bursa Efek Indonesia sudah sangat murah.
"Valuasi IDX yang sangat murah, sehingga sedikit katalis positif akan mendorong aksi beli oleh investor asing," terangnya.
Lebih lanjut, menurutnya, pernyataan Gubernur BI atas rupiah yang undervalue juga menjadi pendukung penguatan rupiah.
Rupiah juga didorong oleh peluang turunnya harga BBM. Mengingat pada hari Senin Jokowi menuturkan, dalam Rapat Terbatas beberapa waktu lalu di Istana Kepresidenan, ia meminta kepada Menteri ESDM Sudirman Said dan Pertamina untuk menghitung ulang harga BBM saat ini.
"Ekspektasi penurunan harga BBM oleh pemerintah untuk mendorong konsumsi domestik" tutupnya. (Ilh/Zul)*