BBM Terakhir Kopilot Aviastar Bikin Sang Adik Terenyuh

Pesan ini disampaikan sehari sebelum pesawat Aviastar dinyatakan hilang.

oleh Dewi Divianta diperbarui 08 Okt 2015, 05:31 WIB
Suasana rumah duka kopilot Aviastar, Yudhistira Febby Aryanto, di Jalan Majapahit, Kuta, Bali. (Liputan6.com/Dewi Divianta)

Liputan6.com, Kuta - Kecelakaan pesawat Aviastar PK-BRM telah merenggut seluruh penumpang dan kru pesawat tersebut. Salah satu korban jatuhnya pesawat Twin Otter tersebut adalah kopilot pesawat, Yudhistira Febby Aryanto.

Saat Liputan6.com ke kediaman orangtua Yudhistira di Perum Korem Plaza di Jalan Majapahit, Kuta, Bali, keluarga beserta tetangga sedang menggelar tahlilan untuk mendoakan arwah Yudhistira.

Suasana rumah duka kopilot Aviastar, Yudhistira Febby Aryanto, di Jalan Majapahit, Kuta, Bali. (Liputan6.com/Dewi Divianta)

Putri Ambarwati (33) adik almarhum Yudhistira menuturkan, sehari sebelum pesawat Aviastar dinyatakan hilang, ia sempat berkirim pesan via BlackBerry Messenger (BBM) dan berpesan agar menjaga ibu mereka.

"Satu hari sebelum peristiwa itu (Aviastar hilang), Mas Febby BBM saya, Bilang gini, 'Put jaga mamah ya, papah sudah meninggal, orangtua kita tinggal mamah saja'," ucap Putri saat ditemui Liputan6.com di Perum Korem B-10, Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Rabu (7/10/2015) malam.

Namun Putri mengaku lupa terakhir kali bertemu dengan kakaknya yang tewas dalam kecelakaan pesawat Aviastar di pegunungan Pajaja tersebut. Hanya saja ia tidak bisa menahan air matanya saat mengingat banyak kenangan yang pernah mereka lalui sedari kecil.

"Pesan BBM terakhir itu, saya tidak menyangka akan menjadi pesan terakhir Mas Febby kepada saya. Saya sangat kehilangan banyak kenangan yang tak akan saya lupakan dengan Mas Febby. Apalagi Mas Febby adalah tulang punggung keluarga," kata Putri dengan nada lirih dan terenyuh.

Sementara itu Harjomo Seputro, kakek kopilot Febby mengaku sejak jenazah sang cucu ditemukan pada Senin 5 Oktober lalu, pihak keluarga setiap malam menggelar tahlilan. Dari diskusi bersama keluarga, imbuh Harjomo, jenazah kopilot Aviastar tersebut nantinya akan dikebumikan di tempat pemakaman umum Islam I, Kuta.


Mantan Coverboy

Sang kakek yang berusia 73 tahun menuturkan, cucunya adalah sosok periang. Tak pernah sedikit pun Harjomo melihat cucunya itu tengah bermuram durja. Menurut Harjomo, cucunya itu lahir pada 26 Februari 1976.

"Pergaulannya luas. Keluarga panggil dia Febby. Dia itu sosok periang. Orangnya aktif, sehingga pergaulannya luas," kata Harjomo.

Menurut Harjomo, cucunya itu juga senang mengikuti perlombaan. Hingga suatu ketika, tanpa diketahui keluarga ternyata Febby menjadi pemenang model coverboy di salah satu media ternama di Jakarta.

"Waktu itu Febby masih kelas 3 SMA. Jelas keluarga sangat bangga sama dia," papar dia.

Harjomo mengaku keluarga sangat bangga dengan raihan Febby kala itu. "Ya tentu keluarga sangat bangga. Wajahnya terpampang sebagai pemenang coverboy di majalah," kenang Harjomo.

Namun, majalah yang sempat disimpan Harjomo kini raib entah ke mana. "Dulu saya simpan. Sekarang tidak tahu ke mana majalahnya," pungkas dia.

Petugas berdiri di samping peti jenazah korban jatuhnya pesawat Aviastar saat upacara serah terima jenazah di Lanud Sultan Hasanuddin Makassar, Selasa (6/10). 10 jenazah korban Aviastar telah dievakuasi dari pegunungan Bajaja Desa Ulu Salu.(AFP Photo/STR)

Pesawat Twin Otter Aviastar hilang kontak pada Jumat 2 Oktober 2015 pukul 14.25 Wita. Saat itu pesawat terbang dari Bandara Andi Jemma, Masamba, Luwu Utara, Sulawesi Selatan, dan hendak menuju Makassar. Namun 11 menit setelah take off, pesawat dinyatakan hilang kontak dari menara pemantau Bandara Andi Jemma.

Pesawat Aviastar kemudian ditemukan warga di Kampung Ulu Salu, Desa Gamaru, Luwu, Sulawesi Selatan pada Senin malam 5 Oktober. Namun 7 penumpang dan 3 kru pesawat Twin Otter dengan nomor penerbangan MV 7503 itu menjadi korban tewas musibah penerbangan tersebut. (Ans/Vra)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya