Masih Terbaring Lemah, Menpora Jenguk Paul Cumming

Menpora jenguk salah satu tokoh sepak bola nasional berdarah Inggris yang pernah melatih beberapa klub di Indonesia.

oleh Defri Saefullah diperbarui 08 Okt 2015, 23:40 WIB
Menpora jenguk salah satu tokoh sepak bola nasional berdarah Inggris yang pernah melatih beberapa klub di Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta: Tokoh sepak bola nasional berdarah Inggris, Paul Cumming masih terbaring lemah di rumahnya Poncokusumo Malang. Pria yang sudah berstatus WNI ini diketahui mengidap penyakit tumor.

Menpora Imam Nahrawi menyempatkan diri untuk menjenguk Paul langsung ke rumahnya pada Kamis (9/10/2015). Menpora pun kembali mengingatkan pentingnya asuransi dan jaminan hari tua untuk olahragawan.

“Inilah pentingnya asuransi dan jaminan hari tua bagi olahragawan, jika ada yang sakit mereka bisa dirawat dengan layak. Jaminan kesejahteraan masa tua juga harus diperjuangkan dan kami dari pemerintah terus mendorong terwujudnya hal itu,” ujar Menpora seperti rilis yang diterima media.

Menpora menegaskan, sejauh ini pemerintah memang sudah memiliki program penghargaan jaminan hari tua bagi olahragawan. Namun, hal ini masih harus terus ditingkatkan dan terus diperbaiki agar benar-benar sesuai dengan realitas kebutuhan dan menjawab persoalan yang dihadapi mantan olahragawan.

“Adanya asuransi jaminan kesehatan bagi olahragawan dan mantan olahragawan harus terus didorong. Untuk jaminan masa tua misalnya, saya sudah menyatakan akan memberikan tunjangan bulanan rutin untuk para peraih medali Olimpiade dan kini sedang dimatangkan aturannya," sambungnya.

Menpora pun lalu menawarkan kepada keluarga Paul agar sang mantan pelatih itu dirawat di Rumah Sakit Olahraga Nasional (RSON) Cibubur.  Terhadap tawaran ini, Keluarga Paul meminta waktu untuk memikirkannya.

Paul adalah orang kedua yang dinaturalisasi karena sepakbola. Orang asing pertama yang menjadi WNI gara-gara sepakbola adalah Toni Pogacnik, eks Pelatih Timnas tahun 1950-an. Mantan pelatih Perseman Manokwari dan PSBL Lampung ini diketahui sudah sakit sejak 2013 lalu.

Ia merupakan generasi awal pelatih asing yang berani membesut klub-klub sepakbola di Indonesia. Dia seangkatan bersama Marek Janota, Wiel Coerver dan Fred Corba. Mereka menjadi bagian dari kebangkitan kompetisi Galatama.(Def/Ian)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya