Liputan6.com, Jakarta - Pengembangan sentra ekonomi baru di Jawa Barat ke depan akan ditopang oleh rencana pemerintah untuk mengembangkan kereta cepat atau high speed rail (HSR) dengan rute Jakarta-Bandung. Pengembangan sentra ekonomi baru tersebut diharapkan bia menggerakkan perekonomian nasional.
Pengamat Transportasi Jusman Syafii Djamal menjelaskan, Keberadaan kereta cepat harus dipandang dari sisi kepentingan pembangunan ekonomi dari satu kota ke kota lain yang menghubungkan suatu sentra produksi dengan jaringan distribusi. “Kereta api itu mobilitas untuk rakyat,” jelasnya di Jakarta, Jumat (9/10/2015).
Dia melanjutkan, apabila dipandang dari aspek ekonomi semata, pembangunan kereta cepat memang seolah-olah tidak ekonomis karena padat kapital dan padat teknologi. Kondisi ini mirip layanan pesawat terbang di Papua. Menurutnya, jika tidak menggunakan pesawat terbang, satu daerah ke daerah lain di Papua itu susah dijangkau. Padahal secara ekonomi, menggunakan pesawat terbang memang tidak ekonomis.
“Itulah yang disebut dalam paradigma transportasi, baik pesawat terbang, kapal, kereta api, yang bersifat masal, adalah penggerak ekonomi suatu wilayah. Trade follow the ship. Taruh dahulu wahananya baru kita bangkitkan ekonomi. Paradigmanya harus ditaruh dalam kaca mata itu,” tambahnya.
Kereta api bukan merupakan alat transportasi baru bagi masyarakat. Indonesia sudah menguasai teknologi perkeretaapian seperti yang selama ini dijalankan oleh PT Industri Kereta Api atau INKA dan PT LEN Industri (Persero). Selain itu, industri pendukungnya sudah tumbuh seperti beton yang diproduksi PT Wijaya Karya (Persero) Tbk maupun PT Adhi Karya (Persero) Tbk.
“Karena itu kalau kita loncat dari kereta low speed ke high speed, sebenarnya bukan masalah yang aneh, karena lebih pada keberlanjutan dari suatu yang kita miliki. Kecuali negara yang memang belum menguasai teknologi kereta api,” tambahnya.
Menurut dia, pengembangan kereta cepat akan memberikan dampak positif pada industri kereta nasional. Pertama, keahlian, rekayasa dan rancang bangun yang dimiliki INKA bisa ditingkatkan. Selain itu, industri kereta cepat akan meningkatkan kebutuhan terhadap aluminium sebagai bagian dari bahan pembuat gerbong.
“Indonesia sebagai salah satu produsen bauksit yang bisa diolah menjadi alumina dan kemudian diproses lagi menjadi aluminium. Kalau selama ini bakusit dijual bijih dan menjadikan China sebagai produsen aluminium terbesar, bisa kita ambil alih termasuk memprokdusi produk antara seperti alumina. Atau kita optimlakan Asahan yang memproduksi aluminium,” katanya.
Selain itu, Jusman menuturkan pengembangan kereta cepat sangat menarik untuk menghubungkan dua kota besar misalnya Bandung-Yogyakarta, Yogyakarta-Jakarta, atau Surabaya-Jakarta.
“Apalagi menghubungkan Jakarta-Bandung, satunya kota megapolitan dan satu lagi kota kecil yang sedang tumbuh yang biaya hidupnya lebih rendah ketimbang Jakarta,” ujarnya.
Kodrat Wibowo, pengamat ekonomi dari Universitas Padjadjaran, Bandung, menambahkan, kehadiran kereta cepat akan memberi manfaat ekonomi yang besar. Pernyataan tersebut berangkat dari asumsi bahwa transportasi akan menjadi pemicu atau pendorong pertumbuhan ekonomi suatu wilayah.
“Dengan hadirnya kereta cepat mobilitas manusia akan semakin cepat sehingga pertumbuhan dan perkembangan suatu daerah semakin cepat,” kata Kodrat.
Dia mengingatkan agar manfaat kereta cepat jangan hanya dilihat dalam masa yang singkat. Dampak dari kehadiran kereta cepat akan terasa dalam jangka panjang setelah 4 sampai 10 tahun beroperasi. Kodrat juga mengakui kalangan investor yang hendak masuk ke bisnis ini harus lebih berhati-hati dan mempertimbangkan banyak hal.
Sebagai moda transportasi massal, peran pemerintah harus ada. Namun dengan kehadiran konsorsium BUMN yang terdiri atas empat BUMN juga dilihat sebagai perwakilan negara.
Perbedaan tarif seperti yang diterapkan di layanan telekomunikasi juga bisa diterapkan di moda transportasi ini seperrti untuk jam atau hari padat, ada perlakukan tarif khusus. Itu sudah terbukti berhasil.
Sementara itu dari sisi ekonomi, proyek kereta cepat ini menurut Kodrat, akan memberikan manfaat mulai dari penyerapan tenaga kerja. “Proyek ini tentu akan menyerap tenaga kerja yang banyak, mulai dari awal sampai ketika sudah mulai beroperasi. Selain itu akan terbangun sentra-sentra baru di sepanjang lintasan kereta cepat,” katanya. (Gdn/Zul)*
Kereta Cepat Bisa Topang Sentra Ekonomi Baru di Jawa Barat
Pengembangan kereta cepat sangat menarik untuk menghubungkan dua kota besar, misalnya Bandung-Yogyakarta atau Yogyakarta-Jakarta.
diperbarui 09 Okt 2015, 16:48 WIBKereta Cepat Buatan Cina (Liputan6.com/Andrian M Tunay)
Advertisement
Advertisement
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Habib Novel Bagikan Amalan Penyembuh 99 Penyakit dan Masalah dari Rasulullah, Bacaannya Pendek
Polisi Periksa 10 Saksi dalam Kasus Pembunuhan Siswi MI di Banyuwangi
Korlantas Polri Ungkap Penyebab Kecelakaan Beruntun di Tol Cipularang
3 Hal yang Harus Diperbaiki Timnas Indonesia Jelang Lawan Arab Saudi di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Hari Toleransi Internasional, Simak Rekomendasi Film Tentang Toleransi
Jumat Curhat, Duduk Santai Polisi Dengar Curhatan Warga soal Ragam Masalah
4 KO Terbaik ONE Friday Fights 87, Petarung 17 Tahun Petik Kemenangan di Debut
Ini Langkah Imigrasi Balikpapan Bangun Komunikasi dengan Media Massa
Peran Vital Perusahaan Mid-Market dalam Ekosistem Bisnis Global
Hukum Ziarah Kubur Menurut UAH, Apa Hubungannya dengan Hari Jumat?
Lawan Kemiskinan, Kepala BP TASKIN Resmikan Rumah Produksi Gizi
Tahapan Krusial, Polda Riau Cek Kesiapan Polres Rohul Sukseskan Pilkada