Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menurunkan harga solar bersubsidi dan nonsubsidi sebesar Rp 200 mulai hari ini. Akan tetapi, harga solar turun itu dinilai belum signifikan.
Ketua Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Zaldy Ilham Masita mengatakan, penurunan yang hanya sebesar Rp 200 tersebut tidak akan memberikan dampak pada penurunan biaya logistik maupun biaya transportasi di dalam negeri.
Advertisement
"Komentar dari saya, penurunan solar Rp 200 itu tidak berdampak apa-apa pada biaya transportasi atau biaya logistik," ujar Zaldy di Jakarta, Sabtu, (10/10/2015).
Menurut dia, penurunan harga solar yang hanya 3 persen masih kecil sehingga tidak mampu menurunkan biaya logistik nasional yang tinggi. Untuk bisa berdampak pada biaya logistik setidaknya penurunan harga bahan bakar setidaknya sebesar 10 persen. "Turun 3 persen itu terlalu kecil. Minimal 10 persen," lanjutnya.
Zaldy menyatakan, porsi bahan bakar dalam biaya transportasi dan biaya logistik sangat besar, yaitu antara 10 - 40 persen. Oleh sebab itu, pemerintah diminta tak tanggung-tanggung jika ingin menurunkan harga solar dan menekan biaya logistik barang.
"Bahan bakar itu kontribusinya 40 persen untuk biaya transportasi, sedangkan untuk biaya logistik 10 persen. Jadi minimal 10 persen atau mending tidak sama sekali tidak usah diturunkan," tutur dia. (Dny/Ahm)*