Sindir Asap Menggila, Mahasiswa Bengkulu Gunakan Topeng Mayat

Massa meminta pemerintah tidak boleh libur dan jangan tidur dalam upaya mengatasi kebakaran hutan.

oleh Yuliardi Hardjo Putro diperbarui 11 Okt 2015, 14:27 WIB
Ratusan mahasiswa di Bengkulu berunjuk rasa menuntut pemerintah menyelesaikan persoalan kabut asap. (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo Putro)

Liputan6.com, Bengkulu - Ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Gerakan Bengkulu Meawan Asap (GEMA) kembali turun ke jalan untuk menyindir bencana kabut asap yang belum juga tuntas. Pada aksinya, mereka menggunakan topeng putih seperti mayat.

Pantauan Liputan6.com, Minggu (11/10/2015), massa gabungan Badan Eksekutif Mahasiswa 5 universitas di Bengkulu bersama Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP), Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) melakukan long march sejauh 2 kilometer dari Mesjid Jamik menuju pusat ekonomi dan pemerintahan, Patung Kuda Simpang Lima Kota Bengkulu.

Ratusan mahasiswa di Bengkulu berunjuk rasa menuntut pemerintah menyelesaikan persoalan kabut asap. (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo Putro)

Long march yang menyisiri pusat pertokoan Jalan Suprapto Bengkulu itu sempat memacetkan kendaraan yang melintas satu arah. Para demonstran tidak hanya berjalan kaki, tetapi juga melakukan teatrikal mengusung replika mayat yang terbungkus kain kafan.

Setibanya di Simpang Lima, demonstran langsung menguasai bundaran patung kuda dan menggelar orasi disertai teatrikal penggambaran manusia sedang menyedot asap yang muncul dari pepohonan yang mulai mengering.

Koordinator aksi Bayu Pratama mengatakan, bencana yang terjadi saat ini, bukan hanya bencana asap, tetapi sudah bencana kemanusiaan. Sebab sudah banyak manusia khususnya anak-anak yang menjadi korban. Bahkan, kata dia, sudah belasan jiwa yang meninggal dunia dan ribuan orang terjangkit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

"Kita tidak boleh lengah lagi, ini sudah bencana kemanusiaan. Pemerintah harus bertindak tegas, agar bencana yang setiap tahun terjadi ini tidak muncul lagi pada masa mendatang. Harus ada sikap tegas dalam penegakan aturan dan hukum berat para pembakar hutan itu," pekik Bayu disambut takbir para demonstran.

Ratusan mahasiswa di Bengkulu berunjuk rasa menuntut pemerintah menyelesaikan persoalan kabut asap. (Liputan6.com/Yuliardi Hardjo Putro)

Koordinator Advokasi Walhi Bengkulu Sony Taurus meminta pemerintah tidak boleh libur dan tidur dalam upaya mengatasi kebakaran hutan dan menuntaskan bencana asap ini. Jika tidak dilakukan upaya pemadaman kebakaran hutan secara terus menerus, kondisi kabut asap akan semakin parah dan menyengsarakan masyarakat.

"Kami sengaja menggelar aksi hari Minggu ini untuk mengingatkan pemerintah untuk tidak boleh libur dan jangan tidur, harus terus bekerja menuntaskan persoalan bangsa yang sedang berkabut ini. Ke depan jangan ada lagi izin pembukaan lahan yang dicurigai sebagai dalang pembakaran hutan secara brutal, cukup sampai di sini saja bencana ini dan tuntaskan," tegas Sony Taurus. (Ali/Bob)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya