Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam satu pekan kemarin mengalami penguatan yang signifikan. Bahkan rupiah menjadi mata uang paling perkasa di kawasan Asia.
Penguatan rupiah tersebut diperkirakan akan terus berlanjut. Guru Besar Ilmu Ekonomi dan Politik Universitas Nasional (Unas), Yuddy Chrisnandi memperkirakan rupiah akan menemui keseimbangan baru yaitu di kisaran level 12.500 per dolar AS.
Advertisement
"Ini belum berhenti (penguatan), saya yakin itu akan berada di bawah 13 ribu per dolar AS, sekitar 12.500 ribuan. Ini akan bertahan lama, mencapai keseimbangan yang lebih stabil, bahkan bisa di bawah 12.500 per dolarnya," kata Yuddy seperti ditulis, Senin (12/10/2015).
Penguatan rupiah ini dikatakan Yuddy memang diawali dengan meredanya sentimen global, di mana the Fed sepertinya akan menunda kenaikan suku bunganya, mengingat beberapa indikator ekonomi AS belum menunjukkan angka positif yang stabil.
Yuddi melanjutkan, adanya paket kebijakan pemerintah yang sampai saat ini sudah dikeluarkan hingga jilid III, menambah kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Terlebih pemerintah direncanakan kembali akan mengeluarkan peket kebijakan jilid IV.
"Tapi untuk mencapai di bawah 12.500 per dolar AS itu butuh waktu beberapa minggu lagi, 3-4 minggu kira-kira," tegas Yuddy.
Untuk itu dirinya mengimbau kepada para spekulan untuk segera melepas cadangan dolar mereka sebelum nantinya spekulan tersebut akan mengalami kerugian.
Sebagai Guru Besar Unas, Yuddy juga mengapresiasi langkah yang dilakukan Bank Indonesia untuk meningkatkan pasokan valuta asing dalam negeri sehingga berdampak pada penguatan rupiah. (Yas/Zul)