Citizen6, Jakarta Biasanya sebuah pertunjukan wayang mempertunjukkan bayangan wayang yang jatuh ke kelir untuk dinikmati penonton yang berada di sisi lain. Pertunjukan wayang kulit membutuhkan kelihaian dari seorang wayang yang berada di balik layar agar kisah wayang dapat diterima dengan mudah oleh penonton. Cerita yang dikisahkan dalam wayang kulit, kebanyakan diambil dari naskah Mahabarata dan Ramayana. Meski demikian, pakem (standar) tersebut bukanlah sebuah keharusan. Ki dalang juga diperbolehkan memainkan lakon gubahan.
Hal itulah yang coba disajikan oleh perupa kontemporer Eko Nugroho dalam pertunjukan Wayang Bocor di Galeri Indonesia Kaya, Minggu (11/10). Pementasan ini diselanggarakan dalam rangka puncak perayaan ulang tahun kedua Galeri Indonesia Kaya.
Advertisement
Wayang Bocor sendiri telah dimuali sejak tahun 2008 dan merupakan proyek pertunjukan karya wayang kontemporer yang terinspirasi dari wayang kulit tradisional. Proyek ini melibatkan para seniman yang memadukan unsur tradisi sehingga menghasilkan tontonan yang baru dan segar.
Wayang Bocor nyatanya tetap menampilkan pakem wayang tradisi, yakni permainan wayang dalam bayangan dengan kelir dan sorot lampu. Hanya saja, wayang yang dimainkan tidak lagi tokoh dalam wayang tradisi, tapi dapat berupa lukisan, patung, bordir, animasi, bahkan manusia sendiri.
Ya, kehadiran aktor di panggung yang bermain di depan kelir merupakan elemen baru yang coba dieksplorasi oleh Eko Nugroho. Tak hanya aktor, peran dalang dalam Wayang Bocor pun coba digantikan dengan peran seorang narator.
"Kami harap, lewat pertunjukan ini Wayang Bocor semakin dikenal publik dan ide ini bisa terus rutin digulirkan. Semoga para penonton mampu menikmati pertunjukan yang segar, ringan, tapi sarat makna," ujar Eko Nugroho. (sul)
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6