Ngeri, Eksekusi Mati Ini Gunakan Obat Suntik Yang Salah

Ini bukan yang pertama kalinya terjadi kesalahan pemberian obat suntik mati. Sang terpidana mati itu sempat merasa seperti terbakar.

oleh Alexander Lumbantobing diperbarui 12 Okt 2015, 19:00 WIB
Terpidana mati Charles Warner dan Richard Glossip di Oklahoma (Daily Mail)

Liputan6.com, Oklahoma City - Seorang terpidana mati di negara bagian Oklahoma telah dieksekusi dengan bahan kimia yang salah. Pada saat eksekusi suntik mati, Charles Warner, sang terpidana mati, sempat mengeluhkan sebelum meninggal bahwa ‘tubuhnya seperti terbakar’. Hasil penyidikan yang merujuk kepada otopsi jasad sang terpidana membuktikan bahwa ia telah disuntik dengan bahan kimia yang salah.

Dilaporkan dalam Daily Mail pada 8 Oktober lalu, dinas lembaga pemasyarakatan negara bagian Oklahoma masih tidak mengetahui bagaimana zat kimia itu bisa tertukar. Pada saat kejadian di bulan Januari lalu, pihak yang berwenang menggunakan potasium astetat, bukannya potasium klorida yang dipersyaratkan dalam undang-undang.

Charles Warner didakwa hukuman mati pada tahun 1997 karena terbukti membunuh bayi berusia 11 bulan, Adrianna Waller di Oklahoma City. Menurut peraturan, terpidana mati disuntik dengan suntikan tiga zat, yaitu midazolam untuk menghilangkan kesadarannya, vekuronium bromida untuk melumpuhkan tubuhnya, dan potasium klorida untuk menghentikan denyut jantungnya.

Ternyata, zat kimia yang terakhir itu malah diganti dengan potasium klorida yang belum pernah dipakai dalam pelaksanaan suntik mati. Para dokter tidak mengetahui bagaimana dampaknya kepada manusia. Proses otopsi menunjukkan adanya 12 ampul kosong bertuliskan ‘potasium asetat dosis tunggal’.

Penggunaan midazolam dalam eksekusi Warner juga mengundang kontoversi, karena baru sekali dipakai sebelumnya di Oklahoma. Terpidana mati 10 bulan sebelumnya, Clayton Lockett meronta-ronta di kursi mati selama 43 menit sebelum terkena serangan jantung. Ia sempat mencoba berdiri tegak selama 14 menit walaupun dianggap telah kehilangan kesadaran. Ternyata, ia hanya mendapatkan suntikan dosis 100 mg, lima kali lebih rendah dari jumlah dosis di Florida yang juga menggunakan suntikan mati.

Masih terkait dengan zat kimia suntikan tersebut, gubernur Mary Fallin mengatakan kepada The Oklahoman bahwa ia kemudian memerintahkan penangguhan eksekusi mati pada 30 September lalu terhadap narapidan lain setelah mengetahui bahwa zat kimia yang salah itu, potasium asetat, juga dikirimkan untuk eksekusi yang ditangguhkan tersebut. Penangguhan dilakukan hanya 2 jam sebelum eksekusi dilakukan terhadap Richard Glossip.

Semua hukuman mati ditunda hingga penyidikan tuntas. Kata sang gubernur, “Saya atau siapapun di kantor kami, mengetahui kemungkinannya hingga terjadwalnya eksekusi Richard Glossip. Sebelum kami yakin sepenuhnya dengan sistem ini, kami akan menunda pelaksanaan eksekusi.”

Richard Glossip didapati bersalah telah mengatur pembunuhan Barry Van Treese, tapi ia bersikeras telah dijebak Justin Sneed yang sekarang dipenjara seumur hidup.

Seorang narapidana lain, Benjamin Cole, juga seharusnya dieksekusi pada Rabu, 7 Oktober 2015, tapi ia juga mendapatkan penundaan setelah pengacaranya meminta uji kejiwaan.

Departemen Lembaga Pemasyarakatan mengaku tidak mengetahui bagaimana kesalahan ini bisa terjadi dan menolak mengungkapkan kepada Daily Mail nama pemasok zat-zat kimia tersebut. (Alx/Rie)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya