Liputan6.com, Bristol - Bagi orang yang lahir tanpa tangan atau mereka yang terpaksa mengalami amputasi, lazimnya memilih tangan palsu yang tampak semirip mungkin dengan aslinya. Atau bahkan versi lebih mahal yang memiliki pengendali gerakan halus. Namun demikian, perusahaan Open Bionics malah mengeluarkan produk protesis yang nyeleneh yang ditujukan bagi para pengguna usia anak-anak.
Perusahaan itu berupaya mengubah cara pandang, dari perasaan sebagai anak yang ‘berbeda’ menjadi anak yang ‘asyik’. Bagaimana caranya? Perusahaan itu malah menciptakan tangan-tangan bionik yang meniru tangan-tangan robotik dalam tayangan-tayangan film.
Advertisement
Dalam suatu pergelaran `Disney Accelerator Demo Day` yang berlangsung pada 7 Oktober 2015 lalu, Open Bionics menggelar 3 rancangan lengan bionik bertaburan lampu LED. Sebagai catatan, acara tersebut merupakan ajang pemilihan pendanaan bagi usaha start-up yang dipadu dengan sumberdaya-sumderdaya kreatif dan penggunaan bebas royalty bagi sejumlah karakter Disney.
Suatu pedang laser Jedi dirancang bersama dengan ILMxLAB yang berada di bawah naungan Lucasfilm. Seorang bocah berusia 12 tahun menjadi modelnya. Dua rancangan lain menampilkan tangan bionik Tony Stark dari tayangan Iron Man dan tokoh Elsa dari film Frozen oleh Disney.
Pendiri Open Bionics, Joel Gibbard, memiliki visi besar terkait rancangan tangan palsu. Setelah memulai Open Hand Project, ia mulai mewawancarai para pengguna tangan dan kaki palsu tentang apa yang dipandang paling penting oleh para pengguna.
Melalui proses situ, ia mengerti bahwa para pemakai protese itu lebih memperhatikan berat dan tampilan tangan palsu daripada jumlah motor gerakan halus di dalamnya.
Banyak pengguna yang kemudian mengandalkan cakar daripada tangan tiruan yang mirip karena pertimbangan biaya. Keterangan ini mengubah fokusnya untuk meningkatkan estetika dan pengurangan berat tangan palsu. Dengan demikian, protesis dipandang sebagai alat atau aksesori fesyen, dan bukan sekadar pengganti lengan manusia.
Berbekal pemikiran itu, lengan prostetik para pahlawan merupakan aksesori yang tepat untuk seorang anak. Dalam pandangan pria itu, terbayang seorang anak yang tanpa tangan sedang berusaha menyembunyikan tangan palsu yang bersifat kosmetik, hanya sekedar hiasan, karena merasa dianggap berbeda.
Atau sang anak menolak memakainya karena berat. Tangan palsu yang mendapat ilham dari para tokoh pahlawan film mengubah peralatan kedokteran menjadi pernyataan imajinasi.
Uniknya lagi, selagi mencoba masuk ke pasar dengan produk-produk komersialnya, rancangan produk Dextrus mereka tersedia secara bebas biaya untuk diunduh dan dicetak secara 3 dimensi (3D printing), baik untuk menjadi keperluan prostetik, animatronik, maupun penelitian.
Baik produk Dextrus maupun proyek-proyek komersial dari Open Bionics memiliki pengindra umpan balik di ujung jejarinya untuk merasakan adanya genggaman supaya tidak meremas terlalu keras. Keduanya juga menggunakan bahan plastik ABS yang dicetak secara 3D menggantikan bahan titanium dan serat karbon yang membuat mahal prostese biasa. (Alx)