Liputan6.com, Surabaya - PT Pradipta Perasa Makmur yang berada di Jalan Raya Wringin Anom Km 33, Gresik, Jawa Timur ternyata telah memproduksi puluhan ribu pasang sandal jepit yang bermotif lafaz Allah.
Perusahaan ini mulai memproduksi sandal berlafaz Allah sejak September 2014 sebanyak 12 ribu pasang. Lalu pada Desember 2014 sebanyak 6 ribu pasang, Maret 2015 sebanyak 7.420 pasang, April dan Juli sebanyak 24 ribu pasang.
Lalu Agustus 2015 sebanyak 16.500 pasang, September 2015 sebanyak 10.150 Pasang dan pada Oktober 2015 sebanyak 6 ribu pasang.
Kapolres Gresik AKBP Adi Wibowo mengatakan, pihaknya sudah menyelidiki kasus ini. Sandal produksi perusahaan tersebut memang sudah beredar luas di sejumlah daerah di Jawa Timur.
"Dari pemeriksaan sementara diketahui bahwa tidak semua sandal menggukana cetakkan yang didatangkan dari China itu. Pemilik perusahaan mengaku akan menarik sandal-sandal yang berlafal Allah itu," kata Adi kepada Liputan6.com melalui telepon selulernya, Rabu (14/10/2015).
Adi menjelaskan, tidak semua sandal yang diproduksi perusahanan itu menggunakan cetakan berlafaz Allah. "Untuk cetakkan yang dari China itu memang adalah tipe-tipe khusus. Tapi saat ini cetakkanya sudah kami sita ada 3 unit," imbuh dia.
Tanpa Kesengajaan
Advertisement
Dari pemeriksaan sementara, pemilik mengakui alat cetakan sandal tersebut bukan dibuat oleh perusahaannya, tapi didatangkan langsung dari China. Sehingga, perusahaannya tidak menyadari jika terdapat motif lafaz Allah.
"Alatnya didatangkan dari China. Setelah informasi ini mencuat perusahaan juga merasa kooperatif. Termasuk melakukan konfirmasi kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur dan PWNU (Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama) Jawa Timur. Proses masih berlangsung," pungkas Adi.
Adi mengatakan, 609 pasang sandal berlafaz Allah beserta alat cetaknya disita anggota Kepolisian Resor Gresik Jawa Timur. Setelah mendapatkan informasi mengenai sandal ini, pihaknya langsung memeriksa PT Pradipta Perasa Makmur.
"Setelah mendapatkan info awal. Kami langsung turun ke lokasi yang berada di kawasan Wringin Anom. Pemeriksaan kami lakukan dengan cepat untuk menghindari konflik yang berhubungan dengan SARA," tutur Adi.
Adi menegaskan bahwa pihaknya saat ini terus mendalami kasus beredarnya sandal tersebut. Namun, sejauh ini belum ditemukan dugaan unsur kesengajaan.
"Proses masih penyelidikkan, masih berlangsung. Tapi sejauh ini belum ditemukan unsur kesengajaan yang dilakukan oleh pihak perusahaan," pungkas Adi. (Rmn/Dan)