7 Makam Keramat Misterius di Masjid Batam

Alat berat untuk memindahkan makam selalu mati, hingga pada akhirnya makam dibiarkan.

oleh Ajang Nurdin diperbarui 16 Okt 2015, 10:08 WIB
Makam Keramat di Masjid Batam (Liputan6.com/ Ajang Nurdin)

Liputan6.com, Batam - Batam, Kepulauan Riau merupakan kota besar yang memiliki banyak gedung bertingkat. Di antara gedung bertingkat tersebut, berdiri masjid yang di dalamnya terdapat 7 makam kuno.

"Masjid ini dibangun sekitar 1980 an silam, namun sebelumnya sudah terdapat 7 makam tua, tanpa identitas yang diperkirakan berusia ratusan tahun," ucap Ketua Pengurus Masjid Raya Baitusysyakur, Sei Jodoh, Kota Batam, Rabu 14 Oktober 2015.

Zaini menuturkan, pihaknya sulit menelusuri asal-usul makam karena tidak ditemukan artefak atau petunjuk di nisan  yang menunjukan identitas makam tersebut.

"Belum ada dari pihak terkait (pemerintah) atau sumber lain yang menyatakan keterangam identitas 7 makam tersebut, adapun dari Kampung Tua Tanjung Uma pun masih simpang siur," kata Zaini.

Dia menuturkan, ketika 7 makam tersebut mau dipindahkan karena dinilai kurang pas ada makam di dalam masjid, alat berat untuk memindahkan makam selalu mati, hingga pada akhirnya makam dibiarkan.

Makam Keramat di Masjid Batam (Liputan6.com/ Ajang Nurdin)

Menurut keterangan penjaga masjid dan makam bernama Akmad, ada sebagian peziarah yang bercerita, 1 dari 7 makam di dalam masjid berasal dari Suku Bugis - Melayu bernama Syekh Abdulah Syukur. Namun ada juga yang menyebutkan Syeh Abu Bakar. Akan tetapi tidak ada  yang kaitan dengan Kerajaan Riau Linga.

"Tapi semuanya masih simpang siur," kata Akhmad.

Dia mengatakan, karena lokasi masjid tersebut berada masih di wilayah area Tanjung Uma, maka diperkirakan, 7 makam tersebut merupakan orang-orang yang pertama menempati wilayah Kampung Tua Tanjung Uma sekitar Jodoh Nagoya, di antaranya Syekh Abdullah Syukur yang hingga kini diabadikan dengan nama masjidnya yaitu Baitusyukur.

7 Makam keramat tersebut kata Akmad, diklaim warga Tanjung Uma Batam sebagai makam leluhur mereka. Sebab, pada saat bulan Ramadan, banyak warga Tanjung Uma yang datang berziarah.

"Mereka bilang makam nenek moyang mereka," tandas Akhmad. (Mvi/Mut)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya