Menelusuri Bahaya Kelaparan dalam Sejarah Dunia

Krisis pangan menjadi isu yang lambat laun bergulir, bagaimana jalan sejarah menceritakan bahaya krisis pangan dan kelaparan pada kita?

oleh Rina Nurjanah diperbarui 16 Okt 2015, 16:31 WIB
Anak-anak mengumpulkan biji gandum yang tercecer saat distribusi bantuan makanan di Chiredzi Mupinga, Zimbabwe, Selasa (6/10). Puluhan juta orang di sub-Sahara Afrika terancam kelaparan akibat siklus El Nino mencapai puncaknya.(REUTERS/Philimon Bulawayo)

Citizen6, Jakarta Mencari makan merupakan upaya pertama dan tertua yang dilakukan manusia dalam sejarahnya. Sejak zaman prasejarah, semua manusia berusaha untuk mengatasi kelaparan dan kesulitan pangan. Seiring berkembangnya zaman, teknik pencarian pangan semakin berkembang mulai dari berburu hingga bercocok tanam. Namun perkembangan teknologi tidak menjamin manusia lepas dari ancaman krisis pangan yang hadir dan berulang dalam sejarah kita.

Dalam catatan sejarah, kelaparan pernah melanda Yunani dan Romawi Kuno hingga mereka berdoa pada dewa-dewa untuk meminta pangan. Pada abad pertengahan di Eropa dikisahkan bahwa setiap generasi mengalami kelaparan hingga mereka harus memakan anjing, kucing bahkan bangkai burung. Terutama pada tahun-tahun 1315 hingga 1317 yang kemudian disebut sebagai The Great Famine. Krisis pangan tersebut dikarenakan hujan lebat tiada henti yang membuat pengolahan hasil panen serta tanah tidak memungkinkan.

Kekeringan

Kelaparan dahsyat lainnya melanda Ukraina pada tahun 1932 yang dengan ganas merenggut 7 juta warganya karena kelaparan dan atau malnutrisi. Dalam kasus Ukraina saat itu, pemerintah berkuasa-lah yang patut dikambinghitamkan. Pemerintahan Stalin meningkatkan kuota pangan wilayah Ukraina yang tergolong subur hingga 44 persen. Kuota pangan tersebut ditujukan untuk ekspor tanpa diimbangi dengan distribusi pangan yang mencukupi di wilayah Ukraina sendiri.

Kawasan Benggala, India pun pernah mengalami bencana kelaparan pada tahun 1943. Hal tersebut dikarenakan angin ribut yang menghancurkan wilayah pertanian pada 1942 kemudian diikuti oleh Perang Dunia II yang menuntut pasokan pangan juga. Pemerintah Inggris yang menguasasi wilayah Benggala saat itu lebih memilih mengirim pangan dari Benggala untuk tentara di medan perang daripada untuk konsumsi warga Benggala sendiri. Akibatnya sekita 1.5 juta orang dari 3 juta rakyat Benggala meninggal akibat kelaparan.

China pada tahun 1958 hingga 1961 juga mengalami hal yang senada karena ambisi pemerintah berkuasa yang berakibat pada lenyapnya nyawa 14 juta warga karena kelaparan. Di tahun 1972, bahaya kelaparan menyerang penduduk dunia di hampir 40 negara. Hal tersebut diakibatkan karena stok pangan dunia yang semakin menipis. Krisis pangan global kemudian memanas pada 2008 dimana hampir seluruh dunia bergantung pada impor untuk memenuhi konsumsi dalam negeri.

Kelaparan di Sudan

Hingga kini, bahaya kelaparan masih mengancam dengan semakin menipisnya stok pangan dunia, harga-harga yang semakin tinggi, lahan-lahan pertanian yang semakin berkurang. Pada 2014 saja sekitar 3.7 juta penduduk Sudan terancam kelaparan. Belum lagi kita menengok mereka yang menjadi pengungsi, terusir dari negeri sendiri.

Mengingat sepotong kalimat di film Interstellar, "Sekarang ini kita tidak kekurangan layar televisi atau pesawat tempur. Tapi kita kekurangan makanan. Dunia membutuhkan petani-petani hebat sekarang". (rn)

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya