Bubur Pitunrupa, Warisan Kerajaan yang Hanya Ada Tiap 10 Muharam

Sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Bugis-Makassar di Sulawesi Selatan menyajikan Bubur Pitunrupa tiap 10 Muharam.

oleh Eka Hakim diperbarui 17 Okt 2015, 13:08 WIB
Sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Bugis-Makassar di Sulawesi Selatan menyajikan Bubur Pitunrupa tiap 10 Muharam.

Liputan6.com, Jakarta Sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Bugis-Makassar di Sulawesi Selatan menyajikan bubur tujuh rupa atau, yang bagi masyarakat setempat lebih dikenal dengan sebutan bubur Syura, dalam rangka menyambut datangnya 10 Muharram.

Bella Pitunrupa dalam sebutan bahasa Bugis merupakan bubur yang terdiri dari bubur ketan hitam, bubur santan putih, bubur kacang hijau, dan bubur labu. Bubur ini dihiasi dengan beragam buah-buahan dan lauk pauk.

Dg Intan, warga Jalan Tinumbu yang kerap dimintai meracik bubur pitunrupa kepada Liputan6.com, Kamis (15/10/2015) mengatakan, membuat bubur tujuh rupa merupakan tradisi turun temurun yang sudah dilestarikan sejak zaman kerajaan oleh masyarakat Bugis-Makassar.

Tradisi tersebut, lanjut Dg Intan, diyakini sebagai bentuk ritual ucapan rasa syukur terhadap kemenangan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan ajaran agama Islam.

“Sudah biasami saya diminta bikin bubur tujuh rupa menjelang 10 Muharram. Dan proses pembuatannya harus disiapkan sejak tiga hari sebelum masuknya 10 Muharram,” kata Dg Intan dengan logat Makassar yang masih kental.

Dijelaskan, beras yang akan dibuat bubur harus beras yang terbaik dan sudah dibersihkan sehari sebelumnya. “Dan setelah diolah, pemesannya datang dan membawa pulang lalu disiapkan bersama berapa sisir pisang raja. Kemudian dibacakan doa keselamatan,” tutur Dg Intan kemudian. (Eka Hakim/Ibo)

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya