Laju Penguatan Rupiah Tertahan dalam Sepekan

Kurs tengah Bank Indonesia melemah tipis 0,09 persen menjadi ke level 13.524 per dolar AS.

oleh Ifsan Lukmannul Hakim diperbarui 17 Okt 2015, 11:41 WIB
Rupiah melemah

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan sepanjang pekan ini setelah sempat melaju kencang pada pekan sebelumnya. Hal ini dipengaruhi oleh adanya peluang dari Bank Indonesia (BI) untuk melakukan pelonggaran moneter.

Mengutip data Bloomberg, Sabtu (17/10/2015), pada Jumat (12/10/2015) rupiah ditutup di angka 13.540 per dolar AS, melemah jika dibandingkan dengan pembukaan perdagangan di awal pekan ini atau pada Senin (12/10/2015), yang ada di level 13.408 per dolar AS. Sedangkan pada pekan sebelumnya, rupiah mampu menguat tajam dari level 14.503 per dolar AS pada Senin (5/10/2015), menjadi 13.412 per dolar AS pada Jumat (9/10/2015). 

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia mencatat rupiah melemah dari 13.466 per dolar AS di awal pekan menjadi 13.534 per dolar AS di akhir pekan.

Ada sejumlah sentimen yang pengaruhi gerak rupiah pada pekan ini. Bank Indonesia mempertahankan suku bunga di 7,5 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang digelar Kamis kemarin. Dlaam keterangannya BI memberikan sinyal bahwa kemungkinan besar BI Rate akan mengalami penurunan pada RDG bulan depan. 

"Ada ruang untuk pelonggaran, dan bank sentral akan mempertimbangkan inflasi, transaksi berjalan, waktu kenaikan suku bunga bank sentral AS atau The Fed dan arus modal," kata Juda Agung, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Ekonomi dan Monoter BI. BI sendiri memperkirakan inflasi melambat kurang dari 4 persen hingga akhir tahun, dari 6,83 persen pada September.

"Kami tidak melihat penguatan rupiah baru baru ini akan terus berlanjut, karena ada banyak ketidakpastian global yang tersisa," kata Gundy Cahyadi, ekonom DBS Group Holdings Ltd di Singapura.

"Fokus Bank Indonesia harus menguatkan rupiah, seperti pemangkasan suku bunga tanpa pengeluaran fiskal yang lebih baik tidak akan terlalu efektif dalam menggerakan perekonomian," kata Gundy.

Pada kuartal kedua Produk domestik bruto meningkat 4,67 persen. Sementara itu, data perdagangan melemah dalam 12 bulan terakhir dikarenakan rendahnya harga komoditas. (Ilh/Gdn)

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya