Liputan6.com, Jakarta - Kamis 8 Oktober sekitar pukul 17.30 WIB, Heno Pujo Leksono (48) tampak curiga ketika melihat gerbang pintu rumahnya yang ada di Perumahan Aneka Elok Blok A13 Nomor 8, Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur, tidak dikunci.
Kecurigaan Heno makin menjadi ketika sore itu sepulang kerja, dia tidak langsung mendapati istrinya Dayu Priambarita (45) dan putranya yang baru 5 tahun Yuel Imanuel yang biasa menyambutnya di ruang tamu.
Bau amis darah mulai samar tercium ketika Heno membuka pintu rumah yang didominasi dengan cat ungu itu. Tak berapa lama kemudian, pria yang berprofesi sebagai pengusaha kusen itu hampir pingsan ketika menemukan istri dan anak bungsunya bersimbah darah di kamar tidurnya.
Dayu dan Yuel tewas dengan kondisi mengenaskan. Polisi yang telah mengautopsi korban menyebut, luka sobek di sekitar leher akibat benda tajam menjadi penyebab kematian kedua korban.
Advertisement
Luka yang dialami Dayu sendiri yaitu di leher kiri, dagu sebelah kanan, punggung kiri, dada kanan, dan bawah ketiak kanan. Sementara anaknya mengalami luka terbuka di leher.
Tangis pun pecah ketika Popy (19) yang merupakan anak sulung korban menyambangi jenazah ibu dan adiknya di RS Polri, Kramatjati. Popy yang saat itu kulaih di Malang, Jawa Timur langsung kembali ke Jakarta setelah mendengar berita duka yang dialami ibu dan adiknya.
Pasangan Heno dan Dayu dikenal warga sekitar sebagai keluarga yang baik dan sering berbagi dengan tetangga sekitarnya. Bahkan, anak bungsunya Yuel tidak bisa jauh dari sang ibunda dalam kesehariannya.
Wali Kelas Yuel di TK Kasih Ananda V, Eni Kursini mengatakan, Yuel anak yang tidak mau jauh dari sang ibu. Apapun kegiatannya, sosok ibunda tidak boleh hilang dari pandangan.
"Sangat dekat. Karena buat Yuel enggak ada kata lain selain ibu. Dia enggak bisa kehilangan ibunya. Baru-baru ini saja mulai mandiri, bisa ditinggal, ibunya juga bisa pulang dulu baru jemput lagi," kata Eni di sekolah yang berjarak 1 km dari kediaman keluarga Yuel, Selasa (13/10/2015).
Pada dasarnya, lanjut dia, Yuel merupakan anak yang ramah terhadap teman-temannya. Dia juga tidak pilih-pilih teman, tidak takut mengakui kesalahan, dan sering menasehati teman bila berbuat salah.
"Cuma kalau sama orang yang belum kenal, dia seperti agak curiga. Enggak gampang kenal. Tapi begitu kenal, tidak segan buat nyapa," lanjut Eni.
Setiap harinya, Dayu selalu mengantar Yuel ke sekolah. Saat belajar, Dayu tetap berbaur dengan orangtua murid lainnya layaknya masyarakat biasa.
"Ibunya juga begitu. Ngobrol sama orangtua murid yang lain. Memang orangnya agak ceplas-ceplos, tapi sejauh ini orangtua murid tidak pernah ada masalah dengan sikap itu," tutur Eni.
Namun, beberapa hari sebelum terjadinya pembunuhan itu, sejumlah warga mengaku pernah melihat ada tiga orang asing yang mendatangi rumah korban. Namun, hanya satu orang yang masuk ke dalam rumah. Mereka datang menggunakan sepeda motor.
"Ada tiga, tapi mukanya gak begitu jelas kelihatan," ujar salahseorang tetangga korban.
Pisau, Bercak Darah dan Salah Duga Motif
Tak berapa lama kemudian, polisi langsung melakukan penyelidikan. Tim Satgas gabungan antara Polres Metro Jakarta Timur dan Polsek Cakung pun langsung di bentuk oleh Kapolda Metro Jaya.
Dua hari pasckejadian, polisi masih mencari beberapa barang bukti yang bisa menjadi petunjuk kasus pembunuhan itu. Beberapa warga sekitar tempat kejadian diajak untuk mencari barang bukti yang dicari.
Salah satu warga yang diajak polisi, Heriyanto mengatakan sempat bingung ketika didekati petugas dan diminta menemani mencari barang bukti. Dia bersama penyidik mencari barang bukti di Kali Elok yang berada di pintu masuk kompleks.
"Saya lagi kerja ngecat rumah orang, didatengin polisi minta bantu turun ke kali buat cari barang bukti," kata pria yang akrab disapa Yanto ini di lokasi, Minggu (11/9/2015).
Mereka pun memulai pencarian sekitar pukul 19.00 WIB, Sabtu 10 Oktober 2015. Pencarian dilakukan dengan bantuan anjing pelacak. Petugas lalu menyusuri kali kecil sedalam 30 cm hingga 80 cm.
Anjing pelacak sempat berhenti dan mengendus titik-titik yang mencurigakan di kali sekitar kompleks itu. Benar saja, ditemukan 2 ponsel dan 1 pisau yang diduga milik pelaku.
"Saya cari sampai dasar kali turun ke bawah. Ketemu 2 HP enggak tahu merek apa, kayak HP Rp 3 jutaan gitu. Sama pisau yang sudah karatan," ungkap pria yang sehari-hari bekerja serabutan di sekitar kompleks.
Polisi lalu mengamankan barang yang ditemukan dalam penyelidikan itu. Hanya saja sampai saat ini belum diketahui pasti barang-barang itu milik pelaku atau bukan.
"Sebelum jalan, sempat dikasih tahu, kalau benda yang dicari itu semacam golok. Kalau pisau kan kecil ya," tutup pria asal Brebes yang sudah 5 tahun bekerja jadi tukang bangunan di komplek perumahan itu.
Titik cerah kasus mulai terlihat, Polisi pun kembali melakukan pemerikasaan di rumah korban, kali ini hasilnya ditemukan lima pisau dapur, dimana salahsatunya terdapat bercak darah.
"Kami kembali melakukan pemeriksaan sinkronisasi atas informasi yang didapat dengan TKP. Kali ini kami menyita 5 pisau dapur dari TKP," kata Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Pol Umar Faroq di lokasi, Minggu (11/9/2015).
Dari pantauan Liputan6.com di lapangan, petugas kepolisian dari Polres Metro Jakarta Timur dan Polsek Cakung berada di dalam rumah sekitar 1 jam. Penyidik juga sempat beberapa kali keluar masuk rumah.
Umar menjelaskan, pisau diambil dari sekitar TKP berkaitan dengan luka yang dialami kedua korban. Dari hasil pemeriksaan, luka pada leher korban sekitar 2-3 cm. "Luka selebar itu diduga dari pisau dapur," tambah Umar.
Selain itu, esok harinya, pihak kepolisian juga menyita sejumlah pisau dapur yang ada bercak darahnya. Meski begitu, belum dapat dipastikan darah itu merupakan darah manusia apa bukan. "Ada bercak darah pada pisau. Bercak ini yang kami periksa di laboratorium forensik. Bisa saja ibunya habis motong ayam," kata Umar.
Berdasarkan alat bukti tersebut, polisi terus mengembangkan penyelidikan. Selain itu polisi juga mulai membidik puluhan saksi mulai dibidik, di antaranya adalah suami korban Heno Puji Leksono. Sebab, Heno merupakan saksi yang paling kuat mengetahui kasus pembunuhan sadis tersebut.
"Saksi yang paling kuat untuk kasus ini adalah suami korban. Kemudian setelah saksi, apakah keterangannya kredibel. Kita periksa lagi, detail dengan detail," kata Kombes Khrisna di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Senin (12/10/2015).
Diungkapkan Khrisna, sejauh ini penyidik telah memeriksa 21 saksi. Namun, hingga kini ia mengaku belum menemukan titik terang terkait pelaku dan motif pembunuhan sadis ini.
"Kami tidak terpaku hanya kepada motif yang dibangun dari asumsi. Tapi kami sudah punya beberapa petunjuk kecil. Yang sekarang sedang dibangun agar nanti menjadi kuat," ujar Khrisna.
Sebelumnya polisi juga sempat menduga motif dari pembunuhan itu bukan cuma sekedar perampokan biasa. Karena dari analisis perbuatan pelaku, penyidik menduga ada unsur amarah yang memicu pelaku menghilangkan nyawa ibu dan anak tersebut dengan cara sadis.
"Yang jelas dugaan (motifnya) bukan perampokan. Yang jelas motif amarah. Kami belum tahu amarah karena apa. Apa karena dendam, karena bisnis atau hubungan lain-lain, masih kami pelajari," kata Khrisna.
Senada dengan Krishna, Kapolres Jakarta Timur Kombes Pol Umar Faroq meyakini pembunuhan ini tak terkait dengan motif perampokan. Sebab, barang berharga dari korban tak ada yang raib.
"Kalau perampokan ada barang yang diambil, perhiasan enggak ada yang hilang, barang-barang berharga lainnya juga masih ada," papar Umar.
Tetangga Belakang Rumah
Usai dua kali melakukan gelar dan pemeriksaan TKP, Polisi mulai mengantongi ciri-ciri pelaku pembunuhan sadis itu. Polisi mengerucutkan, pembunuhnya berjenis kelamin laki-laki dan melakukan aksinya seorang diri .
"Pelakunya laki-laki. Bersepeda motor. Dia melakukan aksinya sendiri. Dia masuk ke pagar, dan masuk ke rumah saat lingkungan dinilainya kondusif untuk melakukan aksi kejahatan," ujar Kapolres Jakarta Timur Kombes Umar Faroq di lokasi kejadian, Jumat (9/10/2015).
Meski demikian, polisi mengaku masih membutuhkan waktu mendalami ciri-ciri pelaku untuk dikerucutkan menjadi identitas. Pemeriksaan masih terus dilakukan dengan meminta keterangan dari sejumlah saksi.
Setelah ciri-ciri pelaku teridentifikasi, pengejaran pun mulai dilakukan. satgas yang sudah bekerja penuh selama tujuh hari tanpa henti akhirnya berhasil menangkap seorang pria yang diduga kuat menjadi pelaku pembantaian.
"Tadi pagi sudah ditangkap. Di Bekasi di rumah saudaranya di Rawa Lumbu," kata Umar di lokasi, Penggilingan, Jakarta Timur, Kamis (15/10/2015) malam.
Faroq menuturkan, Heri merupakan tetangga yang tinggal persis di belakang rumah korban. Ia lari ke Bekasi diduga untuk menghindar dari kejaran petugas kepolisian.
Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol Khrisna Mukti yang turut hadir di lokasi mengatakan, pihaknya belum bisa memastikan Heri merupakan tersangka pembunuhan sadis ini. Sebab, pihaknya masih harus memeriksa yang bersangkutan.
Dalam pra-rekonstruksi, polisi juga ikut membawa serta Heri. Ia hadir di lokasi dengan mengenakan kaus warna hitam dibalut kemeja motif kotak warna hijau dan celana jeans hitam.
Pantauan Liputan6.com di lokasi, warga pun menyemut di TKP pembunuhan ibu dan anak itu. Tak henti-hentinya warga terus menyoraki kehadiran Heri yang memang dikenal warga sebagai tetangga belakang rumah korban.
Awalnya, polisi menduga kuat motif pembunuhan ibu dan anak di Cakung bukan perampokan. Namun setelah meringkus tersangka Heri dan menginterogasinya, polisi menyatakan pembunuhan sadis itu murni kasus perampokan disertai pembunuhan.
Kombes Krishna Murti juga mengatakan, hasil sementara pemeriksaan mengungkap Heri hanya berniat merampok rumah kosong, pada awalnya. Namun, lanjut dia, aksinya dipergoki korban Dayu Priambarita (45) dan sempat diteriaki maling. Heri langsung panik dan menusukan pisau ke leher korban. Dengan sisa tenaga, korban masih berusaha melawan hingga akhirnya tewas usai ditikam berkali-kali oleh Heri.
"Jadi kasus ini murni perampokan disertai pembunuhan. Karena si pelaku melihat suasana rumah korban sepi, jadi dia kira rumah itu kosong. Tapi keburu ketahuan," jelas Krishna di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (16/10/2015).
Sementara, alasan Heri membunuh anak korban yang bernama Yuel, karena bocah 5 tahun itu ikut meneriakkan pelaku. Heri takut warga lainnya mengetahui perbuatannya dan mengeroyoknya.
Polisi akan mendalami kemungkinan adanya pengaruh narkotika saat Heri membunuh kedua korban. Terlebih, Heri merupakan pecandu berat narkotika sekaligus residivis kasus obat terlarang yang baru bebas dari Lembaga Permasyarakatan (LP) Cipinang pada Juni 2015.
"(Pelaku) ngakunya tidak dipengaruhi narkoba saat melakukan (pembunuhan) itu. Tapi kita akan selidiki lebih lanjut," ujar Krishna.
Sebelumnya, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Mohammad Iqbal meyakini motif pembunuhan Dayu dan Yuel tidak sesederhana perampokan yang berujung pembunuhan.
Iqbal sempat mengatakan ada dorongan amarah yang membuat Heri tega membantai ibu dan anak itu dengan cara yang sadis. Iqbal bahkan sempat menyinggung adanya dendam dalam diri pelaku terhadap keluarga korban.
"Sepertinya (motifnya) bukan perampokan. Yang jelas motif amarah. Kami belum tahu amarah karena apa. Apa karena dendam, karena bisnis atau hubungan lain-lain, masih kami pelajari," kata Iqbal, Kamis 15 Oktober 2015.
Heri sendiri adalah Terduga pembunuh sadis ibu dan anak, Dayu Priambarita (45) dan Yuel (5), di Perumahan Aneka Elok Blok A13 no 8 Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur, Heri (40) ternyata belum lama bebas dari penjara karena terjerat kasus narkotika.
Ayah Heri, Hasan (60) mengaku tidak habis pikir dengan kelakukan anaknya yang diduga tega menghabisi nyawa tetangga belakang rumahnya itu. Dia pun kaget mengetahui Heri menjadi tersangka kasus pembunuhan sadis itu. "Iya dia baru 6 bulan keluar penjara, kasus narkoba," ungkap Hasan di depan rumahnya di RT 2 RW 6, Penggilingan, Jakarta Timur, Kamis (15/10/2015)
Hasan pun kaget bukan kepalang saat anaknya digelandang di kediamannya dengan kawalan polisi. Saat itu ia hanya sekedar mengetahui pihak kepolisian mengajukan beberapa pertanyaan terhadap anaknya. "Tadi kesini, tidak tahu yang dibicarakan," ucap dia.
Sementara, Kapolres Jakarta Timur Kombes Pol Umar Faroq mengatakan, dari pemeriksaan sementara Heri juga positif narkoba. "Kita tes urinenya ada narkoba," kata Umar di lokasi.
Dari hasil pemeriksaan urine, pembunuh sadis bernama Heri itu terbukti mengonsumsi ganja, sabu serta putaw. Kanit IV Subdit Resmob Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya Kompol Arsya Khadafi mengatakan, gelagat tersangka saat ditangkap pun menunjukkan ia sedang di bawah pengaruh narkotika.
"Heri dengan percaya diri melontarkan alibi untuk menyangkal tuduhan polisi. Tapi dari hasil tes urine pelaku, ada kandungan tiga zat obat-obatan terlarang, ganja, sabu dan putauw," ujar Arsya di Mapolda Metro Jaya Jakarta, Jumat (16/10/2015).
Arsya juga menuturkan, tingkah laku pelaku saat ditangkap seperti orang tidak bersalah. Dia membantah saat dikaitkan dengan pembunuhan. Namun, saat ditangkap penglihatan tersangka masih tiga dimensi (buram karena mabuk narkoba).
Saat polisi menanyakan asal ponsel yang dipegang oleh Heri, ia mengatakan bahwa ponsel tersebut baru dibelinya dua hari sebelum ditangkap, Selasa 13 Oktober. Padahal ponsel bermerek HTC itu adalah milik korban Dayu Praimberita (45) yang diambil Heri di hari ia mengeksekusi Dayu dan buah hatinya yang berusia 5 tahun, Yoel Immanuel.
Polisi pun mematahkan alibi itu dengan bukti-bukti yang sudah dikantongi penyidik bahwa sebuah ponsel dengan merek yang sama hilang di rumah korban pasca pembunuhan sadis.
"Kami dengarkan dulu alibinya, dia berbohong sampai di mana. Lalu kami paparkan semua bukti yang kami dapat, yang mengarah ke dirinya. Awalnya dia mengelak, tapi akhirnya ikut juga (dibawa ke kantor polisi)" kata Kompol Arsya.
Siapkan Rencana Selama 2 Hari
Pembunuhan sadis ibu dan anak di Cakung bermula dari niat pelaku, Heri Kurniawan (39) merampok rumah korban yang disangkanya kosong. Agar aksi perampokan berjalan mulus, Heri merencanakannya 2 hari sebelum kejadian.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Krishna Murti, menjelaskan rumah tersangka terletak di perkampungan padat penduduk di belakang rumah korban, Komplek Perumahan Aneka Elok.
Sekitar pukul 10.00 WIB, Selasa 6 Oktober 2015, Heri berjalan kaki dari rumahnya di Jalan Pahlawan Komaruddin Ujung Krawang, Pulo Gebang, Cakung, ke perumahan korban yang berjarak 500 meter untuk mencari rumah kosong.
"2 hari sebelum kejadian, bahasa dia, dia nge-'GM' dulu situasi rumah korban. GM itu gambar maksudnya. Hari pertama dia cari-cari dulu mana rumah yang kosong, karena rumah korban sepi akhirnya dia pikir rumah itu kosong," kata Krishna di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (16/10/2015).
Keesokan harinya, sekitar pukul 10.00 WIB, Rabu 7 Oktober 2015, Heri melintas lagi di depan rumah Dayu dan situasi rumah tersebut tak jauh berbeda dari hari sebelumnya. Tetap sepi. Heri pun yakin rumah tersebut pas untuk dijadikan sasaran perampokannya.
"Keesokan harinya, sehari sebelum kejadian, dia lewat lagi di depan rumah korban. Kondisinya tetap sepi, jadi dia semakin yakin rumah itu tidak ada penghuni," sambung Krishna.
Pada hari pembunuhan terjadi, Kamis 8 Oktober 2015, Heri kembali menyantroni rumah Dayu sekitar pukul 12.00 WIB. Dia mengamati situasi di depan rumah berpagar hitam tersebut sekitar setengah jam.
Lalu memutuskan untuk masuk dengan membuka selot pintu pagar dan mencari harta benda di ruangan-ruangan rumah itu. Kemudian, dia masuk ke kamar tidur, Heri mulai ragu rumah yang disantroninya kosong.
Dia kemudian ke dapur untuk mencari pisau, untuk melukai korban jika ketahuan. Terlebih, jika korbannya melawan. Saat dia masuk gratak ke kamar tidur, dia khawatir ada orang di kamar itu. Sehingga dia ke dapur dulu untuk mengambil pisau untuk jaga-jaga.
"Selanjutnya dia berjalan ke arah kamar dan kebetulan korban Dayu keluar kamar. Mungkin dia curiga mendengar suara dari luar kamar," terang Krishna.
Saat itulah Heri membunuh korban dan anaknya yang meneriakinya maling. Dayu mengalami luka tusukan di leher kiri, dagu sebelah kanan, punggung kiri, dada kanan, dan bawah ketiak kanan. Sementara anaknya, Yuel, mengalami luka terbuka di leher.
Heri selain dikenal sebagoi residivis narkoba dan masih kerap memakai narkoba juga dikenal sebagai preman di sekitar pabrik peleburan baja di Rawa Lumbu, Bekasi.
Ditreskrimum Polda Metro Jaya Kompol Arsya Khadafi mengatakan, Heri kerap memalak sopir bus pembawa besi tua yang hendak masuk ke kawasan pabrik. Ia pun ditangkap tak jauh dari tempat biasa melakukan aksi premanisme tersebut.
"(Tersangka) di jalan ditangkapnya. Dia itu preman di depan pabrik peleburan baja. Kerjanya malak-malakin sopir pembawa besi tua yang mau masuk ke pabrik," ujar Arsya di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Jumat (16/10/2015).
Heri mengaku baru sekali melakukan percobaan perampokan rumah kosong, yaitu saat menerobos rumah Dayu Priamberita. Semenatara catatan kejahatan Heri yang didapat polisi adalah pria berkulit gelap itu pernah divonis 6 tahun penjara karena tersandung kasus narkotika dan menghabiskan hari-harinya selama 4 tahun belakangan di Lembaga Permasyarakatan hingga Juni 2015 lalu.
"Pelaku dulu divonis pengadilan 6 tahun penjara dan mendapatkan remisi 2 tahun. Jadi dia hanya menjalani masa tahanan 4 tahun. Dia baru keluar Juni 2015," kata Arsya.
Heri ditangkap Kamis pagi sekitar pukul 06.00 WIB di Rawa Lumbu, Bekasi oleh Tim Satgas yang dibentuk Kapolda Metro Jaya. Setelah ditangkap, Heri diinterogasi selama lebih dari 12 jam oleh penyidik dan awalnya bungkam, akhirnya pria ini mengakui kesalahannya setelah Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti turun langsung untuk memeriksa Heri.
Usai mengakui perbuatannya di hadapan polisi, Heri langsung digiring ke rumah Dayu untuk menjalani proses prarekonstruksi pembunuhan, Kamis sore 15 Oktober sekitar pukul 17.00 WIB. Kemudian polisi melakukan BAP atas diri Heri dan menetapkannya sebagai tersangka tunggal perampokan dengan pembunuhan hari ini. (Dms/Rmn)