Liputan6.com, Jakarta - Malam itu, Victoria Schofield sedang berada di dalam bus, di Karachi, Pakistan. Dia satu bus dengan mantan Perdana Menteri Benazir Bhutto. Victoria menemani Bhutto yang merupakan sahabatnya dalam perjalanan menuju lokasi kampanye untuk pemilu beberapa bulan kemudian. Bhutto selaku Ketua the Pakistan People's Party (PPP).
Di lantai atas bus, Victoria dan rekan Bhutto lainnya tengah bercakap-cakap santai, bercengkerama dalam perjalanan. Namun tak dinyana, sebuah bom meledak menghantam rombongan. Bhutto yang merupakan Perdana Menteri wanita pertama Pakistan juga kaget.
Advertisement
"Kami sedang duduk di atas, tiba-tiba ada cahaya bagaikan kilat datang dan ledakan," ujar Victoria, seperti dimuat BBC. "Udara terasa begitu panas. Saat itu, ada 15 orang di atas dan kami langsung turun," imbuh dia.
Victoria dan Bhutto beruntung. Mereka selamat, tanpa terluka sedikit pun. Kendati ada anggota rombongan sang mantan Perdana Menteri di mobil lain yang tewas. Victoria mengatakan, setelah ledakan pertama yang tak begitu kuat, muncul bom kedua. Membuat banyak orang dalam rombongan Bhutto terluka parah. Darah bercucuran.
"Bom pertama meledak dari sebuah lokasi parkiran mobil. 2 Menit kemudian, bom kedua meledak," tutur teman Bhutto tersebut.
Saksi lain, Farjana Raja yang merupakan juru bicara Partai PPP mengatakan, "Saat itu, kami tidak tahu harus lari ke mana. Situasi kacau balau. Kami tak mengerti apa yang sebenarnya tengah terjadi.
Kepala Kepolisian Karachi Azhar Farooqi mengatakan, bom kedua diduga kuat berasal dari ledakan bom bunuh diri. "Kalau ledakan pertama merupakan granat yang dilempar ke arah rombongan. Kerusakan bom pertama tak begitu parah dibanding bom kedua," jelas dia.
Akibat ledakan ini, 139 orang tewas dan 450 lainnya terluka. Sebagian besar korban merupakan anggota Partai PPP. Selain itu, puluhan polisi dan beberapa jurnalis juga meregang nyawa.
Usai kejadian, Bhutto langsung dilarikan ke tempat aman. Kampanye dan agenda politik ditunda. Sebelumnya Bhutto dijadwalkan untuk berorasi di sekitar makam Bapak Negara Pakistan, Mohammed Ali Jinnah.
Pelaku bom diduga kelompok pro-Taliban yang berseberangan dengan Bhutto. Bhutto diketahui tengah menjalin kerja sama sebagai kesepakatan dari negosiasi pembagian kekuasaan dengan Perdana Menteri Pervez Musharraf. Perjanjian ini disinyalir dibeking Amerika Serikat yang menginginkan kelompok pro-Taliban hengkang dari Pakistan.
Sejarah lain mencatat, pada tanggal 18 Oktober 1967, untuk kali pertama, pesawat ruang angkasa tak berawak mendarat di Venus. Pesawat tersebut buatan Rusia.
Pada tanggal yang sama tahun 2003, Presiden Bolivia Gonzalo Sanchez de Lozada mengundurkan diri setelah terjadi protes terkait isu sumber daya gas alam negara itu. (Ado/Nda)