Liputan6.com, Jakarta - Usai diberhentikan Presiden Joko Widodo (Jokowi), Mantan Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel kembali pada dunia bisnis yang sudah membesarkan namanya. Ia bergumul kembali dengan para pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.
Dalam struktur organisasi, Rachmat menjabat Wakil Ketua Umum Kadin bidang Infrastruktur. Dan kini, CEO Gobel Group itu ikut meramaikan bursa pemilihan Ketua Umum Kadin Indonesia periode 2015-2018, bersama keenam calon lain.
Pelaksana Harian Ketua Umum Kadin Indonesia, Zainal Bintang mengungkapkan, ada tujuh calon yang masuk dalam bursa pemilihan Ketua Umum Kadin Indonesia. Ketujuh itu terbagi dua kubu, yakni Kadin Indonesia kubu Suryo Bambang Sulisto mengusung empat kandidat calon Ketua Umum dan Kadin Indonesia Paradigma Baru mengajukan tiga calon.
"Calon ketua umumnya dari Kadin kubu satu adalah Rosan P Roeslani, Maxi Gunawan, Dato Sri Tahir, Rachmat Gobel. Sementara calon ketua umum dari Kadin Paradigma Baru mengusung Ismanu Soemiran, Eddy Ganefo dan saya sendiri," kata Zainal di acara Konferensi Pers Munas VIII, Jakarta, Minggu (18/10/2015).
Sayang, Ketua Kadin Papua, John Kabey mengeluhkan gaya kepemimpinan seorang Rachmat Gobel yang terkesan jaga jarak dan kurang komunikatif dengan rekan kalangan pengusaha di daerah atau Propinsi dan asosiasi.
"Saya pernah bertemu dengan Pak Rachmat di Denpasar, lalu saya kritik bahwa selama ini jadi Wakil Ketua Umum Kadin, ia belum pernah berkunjung ke daerah. Kemudian, ia minta maaf. Itulah bedanya pejabat Kadin yang berasal dari konglomerat, ia tidak melihat ke bawah tapi selalu ke atas," keluh dia saat berbincang dengan Liputan6.com.
John mengaku, keuntungan memiliki Ketua Umum Kadin Indonesia yang berasal dari kalangan konglomerat sangat bagus atau kuat dari sisi keuangan. Namun tidak dari sisi kejuangan.
"Sekarang kita butuh pemimpin atau Ketua Umum Kadin yang dekat dengan Kadin Propinsi dan aosiasi karena kita sekarang menuju ekonomi kerakyatan, sehingga perlu Ketua Umum yang memikirkan ke bawah," terang Pengusaha Distribusi Minuman Beralkohol itu.
Sepak Terjang Rachmat Gobel...
Advertisement
Sepak Terjang Rachmat Gobel
Rachmat Gobel terpilih menjadi Menteri Perdagangan pada kabinet yang disusun oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Kemudian tidak bertahan lama, Presiden me-reshuffle Rachmat pada 12 Agustus 2015 dan posisinya diganti Thomas Lembong.
Pria kelahiran Jakarta, 3 September 1962 ini merupakan anak kelima dari pendiri perusahaan elektronik yang sekarang bernama Panasonic Gobel Group sekaligus pelopor industri elektronik Indonesia, Thayeb Mohammad Gobel.
Mengutip laman Forbes, Rachmat Gobel merupakan CEO Gobel Group yang membawahi sejumlah perusahaan di bidang manufaktur, perdagangan, jasa, logistik hingga hotel dan pangan.
Rachmat Gobel merupakan generasi kedua dari Dinasti Gobel yang merupakan pemilik grup raksasa National Gobel. Dia memang terkenal aktif menarik dan mempertahankan kepercayaan investor asing untuk membenamkan modal di usahanya.
Berbeda dengan anak lain, sejak sekolah dasar, Gobel memang telah dikenalkan pada perusahaan sang ayah beserta pengelolaannya. Tak heran, jika jiwa berbisnis tumbuh dan tertanam dalam dirinya.
Pada 1960, National Gobel membentuk kesepakatan dengan Panasonic Corporation yang awalnya bernama Matsushita Electric Industrial Co., Ltd. Panasonic merupakan salah satu perusahaan produsen barang elektronik paling unggul di dunia.
Sejak kesepakatan itu, Gobel Group pun menjadi rekan usaha gabungan Panasonic di Indonesia. Rachmat terkenal sangat berkomitmen dalam menjaga perusahaan warisan sang ayah bahkan di tengah masa krisis ekonomi.
Selain bergulat dengan Gobel Group, Rachmat juga pernah memegang sejumlah posisi tinggi di perusahaan dan instansi lain. Ia pernah menjadi komisaris PT Smart Tbk. Ia juga menjabat menjadi Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia dan wakil ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo).
Lulusan ilmu perdagangan internasional University of Tokyo ini pernah ditunjuk menjadi anggota Komite Inovasi Nasional oleh mantan Presiden Susilo Bambang Yuhoyono karena kehandalannya berbisnis.
Selama menjalankan bisnis, Rachmat sering mendapatkan penghargaan seperti Perekayasa Utama Kehormatan dalam Bidang Teknologi Manufaktur dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.
Bahkan pada 2011, dia pernah menerima Asian Productivity Organization Regional Award, unutk kontribusinya meningkatkan produktivitas sektor industri Indonesia di Asia. (Fik/Ndw)
Advertisement