Pemicu Resah di Piala Presiden

Kendati ribuan petugas gabungan diterjunkan di final Piala Presiden, aksi meresahkan tak juga sepi dari area GBK.

oleh Ahmad Romadoni Silvanus AlvinSugeng TrionoAndreas Gerry Tuwo diperbarui 19 Okt 2015, 00:04 WIB
Sekitar 150 remaja diduga The Jakmania masuk melalui pintu Parkir Timur Senayan dan merangsek ke Stadion Utama GBK, Senayan, Jakarta Pusat. (Liputan6.com/Andreas Gerry Tuwo)

Liputan6.com, Jakarta - Final Piala Presiden telah digelar di Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat. Ajang memperebutkan gelar juara tersebut mempertemukan dua klub besar, Persib versus Srwijaya FC.

Namun perhelatan akbar yang menyita perhatian pecinta sepak bola Tanah Air itu ternodai oleh ulah sekelompok orang. Mereka berbuat ulah yang membuat masyarakat resah.

Sehari sebelum pertandingan berlangsung di Senayan, sebuah mobil dirusak di Jalan MT Haryono, Jakarta Selatan. Kaca mobil minibus itu pecah setelah dilempari batu yang membabi buta. Selain itu, bus maupun kendaraan pribadi diserang di Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Mereka menyasar mobil yang berpelat D atau berasal dari Bandung, Jawa Barat.

(TMC Polda Metro Jaya)

Polisi langsung meringkus sang perusak tersebut. Hasil penyelidikan sementara menyebutkan, mereka mengaku sebagai simpatisan klub sepak bola Persija, Jakmania.

"(Jumlahnya) 10 orang. Usia mereka 17 sampai 29 tahun," kata Kabag Humas Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Aswin di Mapolres Metro Jakarta Selatan.

Permusuhan antara supporter Persija, Jakmania dengan pendukung Persib, Bobotoh atau Viking, sudah lama terjadi. Mereka kerap berseteru bahkan 'beradu' saat keduanya bertemu.

Sebagai antisipasi adanya perusuh, Polda Metro Jaya menerjunkan sedikitnya 9.000 personel keamanan gabungan saat pada Minggu 18 Oktober 2015. Tim disiagakan dalam pola 4 ring pengamanan.

"TNI juga sudah membantu kami dari Kodam 5 Jayakarta. Selanjutnya dari polisi ada dari Brimob, Sabhara Polda, Reskrim, dan tentunya Lantas untuk urai kemacetan," kata Kapolres Jakarta Pusat Kombes Hendro Pandowo di Stadion GBK, Jakarta Pusat, Minggu (18/10/2015).

Meski ribuan personel telah bersiaga, rupanya tak membuat para perusuh itu jeri. Mereka tetap 'beraksi' di arena GBK.

Lempari bus polisi, 74 ABG berbaju Jakmania ditangkap. (Liputan6.com/Ahmad Romadoni)

Seperti yang dilakukan 74 ABG ini. Mereka ditangkap polisi karena melempari petugas dengan batu. Pelemparan batu tanpa alasan itu dilakukan di depan Pintu I Stadion Utama Gelora Bung Karno.

Puluhan bocah tanggung yang mengenakan baju oranye itu digelandang ke Mapolda Metro Jaya menggunakan Kopaja. Mereka dikawal 4 polisi di Kopaja dan 4 polisi bermotor.

Kericuhan juga pecah di sekitar Stasiun Palmerah, Jakarta Barat. Ratusan massa beratribut oranye melempar petugas keamanan dengan batu.

Massa yang sebelumnya terkonsentrasi di Rawa Belong, Jakarta Barat, ini memaksa untuk memasuki area final Piala Presiden, Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK).

Pantauan Liputan6.com di lapangan, massa yang rata-rata remaja atau anak baru gede (ABG) itu menyerang petugas sambil meneriakkan yel-yel yang biasa dinyanyikan pendukung Persija saat timnya bertanding.

"Ayo kalau berani pakai tangan kosong," ujar salah satu massa yang terlibat aksi tersebut, Minggu (18/10/2015).

Menghadapi massa yang beringas itu, polisi melepaskan tembakan peringatan dan gas air mata.

Tak hanya itu, polisi juga bergerak mencegah aksi provokatif lainnya yang diduga dilakukan suporter Persija, Jakmania. Mereka meletuskan tembakan peringatan ke udara untuk mencegahnya masuk ke stadiun GBK.

Sekitar 150 remaja yang diduga The Jakmania masuk melalui pintu Parkir Timur Senayan dan merangsek ke Stadion Utama GBK, Senayan, Jakarta Pusat. (Liputan6.com/Andreas Gerry Tuwo)

Upaya polisi berhasil. Tembakan peringatan itu membubarkan kelompok beratribut oranye yang terus meneriakkan nyanyian makian bagi Bobotoh, suporter Persib.

Pantauan Liputan6.com, mereka lari berhamburan ke berbagai arah di Jalan Sudirman. Namun, beberapa pendukung yang membuat onar ditangkap polisi. Para suporter sepak bola itu diamankan untuk diinvestigasi.

Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti mengungkapkan, dari pagi hingga petang, pihaknya telah menangkap 152 perusuh.

"Ada 6 orang yang membawa senjata tajam (sajam)," kata Krishna Murti di Mapolda Metro Jaya, Minggu (18/10/2015).

Beberapa senjata tajam yang berhasil disita petugas yakni belati, keris, dan badik. Mereka yang kedapatan membawa senjata tajam akan segera diproses secara hukum.

"Mereka yang membawa sajam akan dikenai undang-Undang Darurat No 170," tegas Krishna.

Sejumlah anak tanggung perusuh Piala Presiden ditangkap polisi. (Liputan6.com/Ahmad Romadoni)

Para perusuh yang didominasi anak belasan tahun ini dikumpulkan di kantor Direktorat Kriminal Umum Polda Metro Jaya. Mereka lalu diminta menuliskan data diri lengkap dengan nomor telepon orang tua mereka.

Bagi yang ketahuan terlibat pidana akan diproses secara pidana. Sebaliknya, mereka yang tidak terlibat diminta menelepon orang tuanya untuk dijemput.

Ahok Geram

Penangkapan bocah perusuh di GBK itu mengundang reaksi Ahok. Gubernur DKI Jakarta mengaku geram dengan ulah mereka. Dia meminta kepolisian untuk memberi sanksi tegas terhadap para bocah tersebut.

"‎Saya bilang ke Kapolda, kasih hukuman suruh cuci kakus, WC Stadion GBK, biar dia sikat sampai bersih," kata Ahok di Polda Metro Jaya, Minggu (18/10/2015).

Ahok akan meminta nama para ABG yang ditangkap itu. Nantinya, nama itu akan diproses pencabutan Kartu Jakarta Pintar (KJP) sebagai sanksi.

"Kalau mereka anak sekolah, kami akan mulai memberikan sanksi, baik siswa sekolah negeri maupun sekolah swasta. Kalau dia gunakan KJP, kami akan tahan KJP-nya. Harus ada sanksi," tegas dia.

Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama menaiki mobil militer saat meninjau SUGBK, Jakarta, Minggu (18/10/2015). Kedatangan Ahok untuk memastikan keamanan jelang laga Persib vs Sriwijaya FC di Final Piala Presiden 2015 (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Menurut Ahok, anak-anak yang sudah melakukan kerusuhan seperti ini sudah tidak bisa didiamkan. Bila tidak diberi sanksi, malah mereka akan semakin menjadi-jadi.

"Selama ini kami memperlakukan mereka seperti anak-anak, lama-lama jadi anak manja. Kalau melanggar aturan, harus diberikan sanksi," imbuh Ahok.

Suami Veronica Tan ini sebelumnya sempat menyindir klub Persija yang tidak lolos di partai puncak Piala Presiden. Padahal, laga final Piala Presiden 2015 berlangsung di Jakarta yang merupakan markas dari Persija.

Ahok menyambut Walikota Bandung Ridwan Kamil di Mapolda Metro Jaya. (Liputan6.com/ Ahmad Romadoni)

"Memalukan bagi Jakarta, masa Persib lawan Sriwijaya FC. Ada yang tidak beres," tukas Ahok saat rapat koordinasi kesiapan pengamanan final Piala Presiden 2015 di Markas Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat 16 Oktober 2015.

Menurut dia, ada sejumlah permasalahan dalam pengelolaan sepak bola khususnya klub sepak bola Persija Jakarta. Salah satunya masalah suporter.

"Di DKI paling masalah Jakmania. Tidak becus main olahraga, ribut jalan terus. Pemain enggak becus, gaji enggak keurus, gimana mau main," sindir Ahok.

Karena itu, dia meminta Persija untuk berkaca atas kesuksesan klub Persib. Seharusnya, kata dia, pendukung Persija, Jakmania malu kepada Persib.

"Lihat tuh Persib, naik mobil. Jakarta apa yang dibanggakan, nimpuk orang doang," ucap Ahok.

Menanggapi itu, Ketua Jakmania Ahmad Richard mengaku iri dengan prestasi yang diraih Persib. Hal ini dinilainya karena ada dukungan dari pemerintah kota setempat.

"Tentu kami iri dengan prestasi Persib Bandung. Kalau Gubernur menantang The Jak, kami tantang balik. Bisa tidak menyediakan stadion dan ikut membangun Persija lebih baik?" ucap Richard saat menerima kunjungan Manajer Persib Bandung Umuh Muchtar dan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil ke markas Persija Jakarta, Jumat 16 Oktober 2015.

Richard menambahkan bahwa selama ini Persija seperti berjalan sendiri, begitu juga dengan Jakmania.

"Saya sendiri juga menyampaikan bahwa Jakmania punya potensi, perlu arahan yang jelas untuk sepak bola Jakarta. Gubernur yang peduli sepak bola, peduli Persija, bisa menjadi kriteria kami," tukas Richard. (Ali/Ado)*

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya