Liputan6.com, Jakarta - Menjulang dari dasar laut, menyentuh berkas sinar matahari yang tajam menembus di kedalaman 12 meter. Sebuah kapal membiarkan dirinya jadi tumpuan hidup karang laut.
Ratusan mil dari sini, porselin yang berserak tak teratur, diam di dasar laut sejak ribuan tahun silam. Matahari tak mampu menembusnya. Ia berada lebih dari 45 meter.
Advertisement
Berada di kawasan ini seperti menangkap nuansa peradaban maritim masa lampau. Penuh misteri dan cerita, bahkan legenda kadang membalutnya.
Ini adalah kapal-kapal dagang yang karam ketika melintasi jalur Nusantara dari puluhan hingga 11 abad silam.
Sebuah suku laut di Bangka Belitung seolah menjadi suku penjaga barang-barang ini.
Suku Sawang. Setiap hari ia membidikan panahnya pada ikan yang melintas di atas guci guci retak dan pecah ini, tanpa sedikitpun ada keinginan mengancurkan ataupun mengangkatnya untuk menjual.
Suku yang hidup dengan berbagai mitologi ini, mengangggap benda-benda ini sudah menjadi milik makluk makluk laut yang tak boleh diganggu.
Setiap bulan purnama suku ini percaya, penguasa laut yang mereka namai Gajah Manunggang akan keluar menampakan dirinya dalam wujud gelombang besar.
Gajah Manunggang mengusai laut dan seisinya, termasuk barang-barang yang dibawa kapal yang karam. Dan untuk menghormatinya, mereka menciptakan tarian yang juga mereka namai Gajah Manunggang.
Indonesia pernah dihebohkan dengan Michael Hatcher. Pemburu benda-benda yang dimuat kapal karam berkewarganegaraan Australia ini, 30 tahun silam mengeruk semua barang kapal VOC De Geldermalsen di perairan Pulau Bintan, Kepulauan Riau.
Kala itu, nilai lelang di Belanda mencapai 15 juta USD, atau dan kala itu pula bila dihitung dalam rupiah, setara lebih dari Rp 16 miliar.
Harta Karun Kapal Karam
Pengangkatan muatan kapal karam di perairan utara Cirebon pada 2004-2005 adalah yang digadang-gadang sebagai bentuk pengangkatan ideal dari sisi ekonomi dan ilmu pengetahuan.
Dibutuhkan 22 ribu kali penyelaman untuk mengangkat keseluruhan harta karun, sebagai upaya merekonstruksi kepingan perjalanan sejarah maritim bangsa sesuai kaidah-kaidah arkeologi.
Pada akhirnya, 270 ribu keping benda berharga dari abad ke-10 itu gagal dilelang.
Temuan-temuan ini sejatinya menyingkap jalur pelayaran dan perdagangan di Nusantara periode klasik abad ke 4 sampai 16. Banyaknya perburuan liar membuat pemerintah menghentikan perizinan pengangkatan kapal karam.
Nusantara adalah poros dari perlintasan Jalur Sutera Maritim, penghubung Tiongkok, India, dan Timur Tengah sejak abad ke-7, hingga masuknya kolonial Eropa pada abad 18.
Bukan sekadar perlintasan. Kekayaan alam melimpah, hasil tambang, hutan, dan khususnya rempah-rempah, jadi magnet buat para pedagang dan saudagar luar negeri.
Jauh sebelum poros maritim digaungkan, tradisi bahari bahkan sudah melekat di Nusantara. Laut adalah sejarah dan masa depan negeri ini.
Bagaimana kisah perairan Nusantara yang hingga kini, masih menyimpan seribu jejak misteri kejayaan masa lalu? Saksikan selengkapnya dalam tayangan Potret Menembus Batas SCTV, Senin (19/10/2015), di bawah ini. (Nda/Ado)