Liputan6.com, Singapura - Harga emas menurun dari level tertinggi lebih tiga bulan seiring tanda-tanda ekonomi Amerika Serikat (AS) kembali mulai pulih. Hal itu mendorong kenaikan harapan kalau bank sentral AS atau The Federal Reserve akan menaikkan suku bunga. Data pertumbuhan ekonomi China pun jadi fokus pelaku pasar.
Harga emas di pasar spot berada di kisaran US$ 1.175,52 per ounce pada pukul 08.58 waktu Singapura. Harga emas ini turun dari level US$ 1.177,30 pada Jumat.
Advertisement
Menurut data Bloomberg, yang dikutip Senin (19/10/2015), harga emas sempat sentuh level US$ 1.191,67 pada Kamis pekan lalu, yang merupakan level tertinggi sejak Juni, dan mengurangi pelemahan pada 2015.
Harga emas sempat kembali menguat seiring kekhawatiran atas prospek pertumbuhan ekonomi global telah mengurangi prospek untuk kenaikan suku bunga pada 2015. Namun, sebuah laporan menunjukkan kalau harga konsumen AS naik lebih dari perkiraan pada Oktober.
Selain itu, secara tak terduga data pemerintah AS menunjukkan kalau klaim pengangguran turun dalam empat dekade. Di awal pekan ini, China menunjukkan kalau data produk domestik brutonya (PDB) mencapai 6,9 persen pada kuartal III 2015. Angka ini melambat sejak 2009.
Harga emas turun sedikit pada perdagangan Jumat pekan lalu seiring investor melakukan aksi ambil untung setelah logam mulia melonjak ke level tertinggi dalam tiga bulan. Demikian mengutip riset di www.fortisasiafutures.com, Senin pekan ini.
Investor terus mencerna rilis data inflasi Amerika Serikat (AS), ketika biro statistik tenaga kerja AS mengatakan harga konsumen turun 0,2 persen pada September 2015, menyusul penurunan 0,1 persen pada bulan sebelumnya.
Saat ini terpantau harga emas masih bergerak datar namun masih bergulir di atas pergerakan rata-rata 20 dan 50 harian atau moving average (MA)."Logam tersebut cenderung bergerak datar, stochastic masih berada di area overbought. Resistance dan support berada di harga 1.191,20-1.146,90," tulis riset tersebut. (Ahm/Igw)