Pangdam Cendrawasih: Membakar Lahan Sudah Turun-temurun di Papua

Hinsa menjelaskan, selain memadamkan api, prajurit TNI yang diturunkan bertugas memberi penyuluhan kepada warga.

oleh Katharina Janur diperbarui 19 Okt 2015, 18:09 WIB
Anggota TNI memadamkan api di perkebunan kelapa sawit di Desa Padamaran, Ogan Komering Ilir , Sumatera Selatan, Sabtu (12/9/2015). Kebakaran lahan menyebabkan kabut asap di sejumlah wilayah dan mengganggu jadwal penerbangan. (REUTERS/Beawiharta)

Liputan6.com, Jakarta - Panglima Kodam XVII/Cenderawasih Mayjen TNI Hinsa Siburian saat ini berada di Kepi, Ibukota Kabupaten Mappi, untuk melihat dari dekat kebakaran lahan. Dari atas pesawat yang ditumpanginya, Hinsa mengaku melihat jelas titik-titik api itu di wilayah Merauke, Pulau Kimaan, dan Mappi.

Karena itu, Kodam XVII/Cenderawasih menyebar 300 personelnya ke wilayah Papua bagian selatan, yakni Kabupaten Merauke dan Mappi untuk memadamkan kebakaran lahan di daerah itu. Penanganan kebakaran lahan ini cukup sulit, karena sudah menjadi kebiasaan masyarakat membakar lahan.

"Titik api tidak berada di satu tempat, tetapi tersebar dan dekat dengan perkampungan. Kebiasaan membakar lahan merupakan cara tradisional masyarakat lokal untuk menyuburkan lahan dan untuk berburu," ujar Hinsa di Jayapura, Papua, Senin (19/10/2015).

"Dengan membakar lahan pada musim kemarau, maka akan tumbuh tunas-tunas baru. Kebiasaan ini pun sudah turun-temurun. Hanya saja, tahun ini bertepatan dengan musim kemarau yang panjang, sehingga titik-titik api menyebar lebih luas," sambung dia.

Hinsa menjelaskan, selain memadamkan api, prajurit TNI yang diturunkan bertugas memberi penyuluhan kepada warga, agar ikut memadamkan api dan tidak lagi membakar lahan. Apalagi, lahan yang dibakar adalah lahan permukiman warga dan tempat berburu, bukan lahan perkebunan.

"Kami berharap warga semakin paham akan dampak buruk pembakaran lahan. Apalagi yang menjadi dampak akibat pembakaran ini mengganggu penerbangan di beberapa tempat, di antaranya Timika dan Manokwari dan berdampak pada kehidupan masyarakat setempat," kata dia.

Sampai hari ini, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) wilayah V Jayapura merilis, ada 219 titik api di wilayah Papua dan Papua Barat. Sumber api terbesar berada di wilayah Kabupaten Merauke dan Mappi. (Rmn/Ans)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya