Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pertahanan pada tahun 2016 akan mendapatkan anggaran Rp 90 triliun, atau menurun dari anggaran tahun sebelumnya yang mencapai Rp 102 triliun.
Meski anggaran turun namun pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertahanan tetap akan mewujudkan keinginannya untuk memperbarui alat utama sistem pertahanan. Salah satunya akan membeli Sukhoi jenis terbaru SU-35 dan kapal selam dari Rusia.
Advertisement
Panglima TNI Gatot Nurmantyo mengungkapkan, pengadaan Sukhoi dan Kapal Selam tersebut dalam membantu mewujudkan Nawa Cita Presiden Joko Widodo dalam menjaga kedaulatan laut RI.
"Kita harus jaga kedaulatan laut kita, keunggulannya adalah melalui udara dan laut, pertama kata kuncinya pesawat yang terbaik dan tercanggih, demikian juga dengan kapal selam," kata Gatot di Gedung DPR RI, Senin (19/10/2015).
Dijelaskan Gatot, pengadaan Sukhoi dan kapal selam ini tetap akan dilakukan meski dengan anggaran yang sangat terbatas. Hanya seja dalam hal jumlah pengadaannya, Gatot mengaku akan lebih mengurangi pembelian alutsista tersebut.
"Hanya permasalahnnya kami akan sesuaikan anggaran, tetap alutsistanya ada, tapi jumlah pembeliannya saja dikurangi," tegas Gatot.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengatakan anggaran Rp 90 triliun ini selain pembelian beberapa alutsista, juga akan difokuskan untuk membangun sarana dan prasarana pertahanan di pulau terluar Indonesia. Menurut Ryamizard, hal itu harus dilakukan dalam rangka mengantisipasi ketegangan di sekitar Laut China Selatan.
Pada 2016 mendatang, pihaknya akan membangun atau memperbaiki landasan pacu, hanggar pesawat, dan dermaga kapal perang. Alasannya, landasan yang telah ada selama ini tidak dapat dilalui pesawat tempur.
"Kita perlu landasan pesawat yang baru. Alutsistanya sudah ada, tapi kita perlu landasan baru. Ini penting. Di sekitar Laut China Selatan, di situ lagi panas. Masa kita diam-diam saja," kata Ryamizard. Karena itu, Menhan Ryamizard meminta agar anggaran kementeriannya tidak dipangkas.
Namun demikian, dia mengaku siap menerima jika pemerintah tak menyetujui keinginannya itu. "Kita tetap meminta tambahan, tapi kalau negara bilang segitu kita tak akan meminta," lanjut dia.
Mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ini berharap, DPR terutama Komisi I DPR bisa membantu memperjuangkan tambahan anggaran Kemenhan yang terjadi penurunan 10 persen. "Mudahan-mudahan DPR yang bantu dorong," harap dia.
Rencananya, anggaran itu selain digunakan untuk membangun sarana dan prasarana pertahanan di pulau terluar Indonesia, juga akan digunakan untuk membeli alat utama sistem persenjataan yang baru. Di antaranya membeli kapal selam dan juga pesawat tempur jenis Sukhoi.
"Sukhoi kita akan ganti, sudah 45 tahun sesuai perintah Presiden. Perintah Presiden juga beli baru kapal selam. Kita sudah jajaki sebelum beli, kapal selam Rusia itu paling lama menyelam, paling dalam selamnya dan bisa tembak dari dalam laut," tandas Ryamizard.
(Yas/Zul)