Liputan6.com, Las Vegas - Penggunaan drone telah merambah ke berbagai aspek kehidupan. Sayangnya, sejumlah orang yang tidak bertanggung jawab menggunakan teknologi pesawat tanpa awak ini untuk kepentingan yang tidak baik. Guna menghadapi penyalahgunaan tersebut, upaya untuk menciptakan teknologi melumpuhkan drone di udara bermunculan.
Untuk penanggulangan yang lebih mumpuni, dikutip dari The Guardian (20/10/2015), penemuan baru bernama Anti-UAV Defense System (AUDS) ciptaan Liteye diciptakan untuk kepentingan penegak hukum dan pemerintah.
Advertisement
Tim yang terdiri dari sejumlah perusahaan teknologi Inggris menciptakan ‘sinar maut’ yang mampu melumpuhkan drone yang terbang dalam jarak hingga 1,6 kilometer.
Rick Sondag, wakil presiden eksekutif Liteye Systems, mengatakan dalam pameran Commercial Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Expo di kota Las Vegas, Nevada, “Jika terlihat, aku bisa melumpuhkannya.”
Ramainya penggunaan drone membuat orang, penegak hukum dan pemerintah mencari akal untuk melumpuhkannya-- karena pesawat tanpa awak sudah dianggap menganggu privasi.
Pada bulan Juli lalu, sebuah drone menjatuhkan heroin, maruyuana, dan tembakau ke dalam halaman penjara di Amerika. Bulan berikutnya, pengiriman barang terlarang lainnya menggunakan drone digagalkan polisi sebelum drone sempat diterbangkan di negara bagian Maryland—dan ini bukan pertama kalinya.
Kekhawatiran keamanan bandara dan keselamatan warga juga menjadi taruhan ketika juru foto menggunakan drone untuk mengambil gambar ketika bencana melanda, seperti mengganggu helikopter dinas kebakaran yang mengangkut air guna memadamkan api atau pengungsian korban.
AUDS ciptaan Liteye ini terdiri dari kotak-kotak berwarna coklat muda dengan dua buah kotak utama-- serupa dengan tiang pemantau cuaca. Pelumpuh drone itu berbentuk seperti tabung panjang yang mencuat seperti laras senapan dilengkapi dengan dua tabung kecil di sisinya.
Tabung-tabung ini merupakan antena radio terarah yang bekerja seperti senjata api. Spektrum radio yang tujukan pada drone hanya sedikit, maka pemancaran gelombang secara terpusat dapat melumpuhkan sasaran tanpa mengganggu drone lainnya ataupun penerimaan telepon genggam.
Liteye, yang berpusat di Colorado ini, ditunjuk menjadi distributor AS dan Kanada untuk produk hasil kerjasama 3 pabrikan Inggris, Enterprise, Chess Systems, dan Blighter. Menurut perusahaan Blighter, Liteye mengincar pasar untuk bandara dan keamanan dalam negeri.
Rick Sondag berharap senapan gelombang radionya dapat membantu mengikat regulasi industri drone.
“Pemerintah AS, seperti negara lainnya, memiliki infrastruktur penting dan jika mereka merasa tidak bisa melindunginya, pemerintah akan mengeluarkan peraturan yang menghambat kemajuan drone maupun penggunaannya sekarang ini,” ungkapnya.
Namun ini bukan senjata anti-drone pertama yang muncul tahun ini. Bulan lalu Boeing menggelar senapan laser raksasa dengan kemampuan menjatuhkan drone dari jarak aman. (Alx)