Istana Sebut Warisan Masa Lalu Penyebab Program Belum Tercapai

Teten mengatakan, banyak program pemerintahan sebelumnya yang harus diperbaiki.

oleh Luqman Rimadi diperbarui 20 Okt 2015, 17:47 WIB
Kepala Staf Presiden Teten Masduki (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki mengatakan, satu tahun pemerintahan Jokowi-JK lebih banyak berkutat pada pembangunan pondasi dan pembenahan. Menurut dia, banyak hal yang harus diperbaiki. Seperti memperbaiki kondisi perekonomian dan birokrasi agar menjadi lebih efisien.

"Pertama misalnya inefisiensi ekonomi kita pangkas, subsidi BBM misalnya. Kemudian birokrasi panjang perizinan rumit ini kita rencanakan," ujar Teten Masduki di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa, (20/10/2015).‎

Dia menambahkan, banyak persoalan yang belum bisa diatasi dalam satu tahun Pemerintahan Jokowi karena warisan dari pemerintahan sebelumnya. Karena itu, hal yang harus ditekankan yaitu mengubah arah pembangunan sesuai visi dan misi pemerintah saat ini.

"Ada keadaan warisan-warisan masa lalu dan keadaan ekonomi global. Kemudian konsolidasi politik, birokrasi, dan pembangunan infrastruktur sekaligus mengubah mindset, revolusi mental dan tahun ini kita coba arahkan pembangunan ke depan yang memperkuat lagi industrialisasi," kata dia.

Teten mencontohkan swasembada pangan yang belum bisa diwujudkan dalam satu tahun Pemerintahan Jokowi-JK. Penyebabnya, ujar Teten, lebih banyak karena 25 persen irigasi rusak, terdapat permasalahan dalam subsidi bibit, waduk yang sudah tak pernah lagi dibangun, hingga penyusutan lahan.

"Tahun ini memang tahun sulit tapi kita gunakan untuk membangun pondasi. Tahun ini memang belum panen," kata Teten.

Selain itu, terhambatnya pembangunan selama satu tahun pemerintahan saat ini karena kebijakan pemerintah sebelumnya yang terlalu ketergantungan dengan impor.

"Ini problem yang kita harus hadapi. Ada masa-masa di mana ketika pendapatan ekspor komoditi primer dan bahan baku harganya tinggi kita lupakan pembangunan industrialisasi. Kita tergantung pada namanya impor. Impor bahan baku industri, sehingga ekonomi Indonesia rentan terhadap perubahan global," papar Teten. (Nil/Sun)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya