Selama 25 Tahun, Carol Tak Tahu Putranya Tewas di Lockerbie

Pada 21 Desember 1998, pesawat Boeing 747-121 meledak di langit Lockerbie. Seorang ibu tak sadar, darah dagingnya ikut jadi korban.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 21 Okt 2015, 11:47 WIB
Kurang dari 40 menit setelah mengudara, Boeing 747-121 meledak di langit Lockerbie, Skotlandia.

Liputan6.com, Edinburgh - Empat hari sebelum Natal, 21 Desember 1998, pesawat Boeing 747-121 meledak di langit Lockerbie, Skotlandia. Di ketinggian 9.144 meter.

Semua yang ada di pesawat, 259 penumpang dan awak, tewas. Puing-puing yang terbakar menghujani daratan dan menyudahi nyawa 11 orang. Total 270 orang tiada. Salah satu dalam daftar korban adalah Kenneth Bisset. Ia ada dalam kapal terbang yang dibom itu.

Namun, ibu kandungnya, Carol King Eckersley sama sekali tak berduka. Ia juga tak merasa perlu mengunjungi lokasi kejadian. Bukan karena tak sayang. Perempuan itu telah menyerahkan putranya untuk diadopsi sesaat setelah lahir.

Carol bahkan tak menyadari putranya telah tiada. Selama 25 tahun.

Hingga pada 2013 lalu, tiba-tiba ia merindukan anaknya dan memutuskan untuk mencarinya. Ia mengetik nama Kenneth Bisset di mesin pencarian Google.

Ia kemudian diarahkan ke laman yang dibuat untuk mengenang 35 mahasiswa Syracuse University yang meninggal dunia dalam perjalanan dari London ke New York. Nama Kenneth Bissett ada dalam daftar tersebut, bersisian dengan tanggal 19.12.1967 dan 21.12.1988.

"Saat menemukan laman tersebut, awalnya aku tak menyadari maksudnya," kata Carol Eckersley kepada News.com.au, yang dikutip Liputan6.com pada Rabu (21/10/2015).

"Aku justru berpikir, 'Wow, hal hebat apa yang telah ia lakukan hingga layak untuk dikenang'. Hingga akhirnya aku menyadari, itu adalah obituari."

 

Kenneth Bisset (kiri) menjadi korban tragedi Lockerbie (archives.syr.edu)

 

Perempuan 67 tahun tersebut mengisahkan, momentum tersebut adalah 'tragedi ganda' baginya. Saat ia menemukan, sekaligus kehilangan putranya untuk selamanya.

"Kala itu suamiku meninggal dunia, aku bertemu dengan penasihat untuk mengatasi rasa duka. Ia berkata padaku, terkadang, menyelesaikan hal yang belum terselesaikan di masa lalu, untuk meminta maaf, apapun, bisa membantu," kata dia. "Dan bagiku, persoalan terbesar di masa lalu terkait dengan anak kandungku."

Dan ketika mengetahui peristiwa yang menimpa darah dagingnya, hatinya makin hancur. "Ada sesuatu di dalam diriku yang terkoyak."

Tahun lalu, Carol akhirnya mengunjungi Lockerbie. Ia bicara dengan polisi yang kali pertama mendatangi lokasi jatuhnya pesawat jumbo itu. Juga menaburkan bunga di mana jasad putranya ditemukan.

27 tahun berlalu setelah insiden Lockerbie, hanya 1 orang yang dimintai pertanggungjawaban. Pejabat pemerintah Libya Abdelbaset al-Megrahi diganjar penjara seumur hidup, namun kemudian diberi pengampunan pada 2009. Atas dasar kemanusiaan. Terpidana menderita kanker.

Kasus itu seakan beku. Hingga belakangan, pejabat Amerika Serikat dan Skotlandia menetapkan dua tersangka baru: Abu Agila Mas'ud dan Abdullah al-Senussi.

Salah satunya dituduh mendalangi pemboman sebuah diskotik di Berlin pada 1996. Dan satu lainnya adalah mantan kepala mata-mata untuk diktator Libya, Muammar Khadafi.

Sebelumnya mantan menteri kehakiman Libya buka suara pada harian Swedia,  Expressen. Ia mengaku, Khadafi adalah otak di balik pemboman Lockerbie.

"Aku punya bukti bahwa Khadafi lah yang memberi perintah," kata Mustafa Abdel-Jalil pada tahun 2011.

Khadafi pernah menyatakan, negaranya menerima pertanggungjawaban atas insiden Lockerbie, dengan memberikan kompensasi miliaran dolar pada keluarga korban -- yang membuat hubungan Libya dengan Barat membaik dan membuat PBB serta AS menghapus sanksi atas negara itu. Namun, sang dikator tak pernah mengaku terlibat dalam tragedi itu. (Ein/Tnt)

Baca juga: 21-12-1988: Khadafi dan Misteri Ledakan Pesawat di Lockerbie

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya