Liputan6.com, Jakarta - Para pembela teori persekongkolan atau teori konspirasi meyakini, ada rahasia yang melibatkan para konspirator di balik serangkaian peristiwa atau kejadian penting dalam sejarah.
Sejumlah klaim aneh pun dikemukakan. Menuding kekuatan besar dunia, organisasi rahasia, bahkan makhluk luar angkasa sebagai dalang sebuah peristiwa. Salah satunya bahkan menyebut gempa yang mengguncang Haiti bahkan Tsunami Aceh 2004 bukan murni bencana alam, namun dampak uji coba senjata 'pemicu gempa'. Benar atau tidak? Entahlah.
Namun, tak semua teori konspirasi ngawur belaka. Belakangan, beberapa terbukti benar. Berikut 7 di antaranya, seperti dikutip dari News.com.au, Rabu (21/10/2015).
Advertisement
Program Pengendali Pikiran CIA
Ini kedengarannya seperti cerita dalam film fiksi sains: pemerintah melakukan eksperimen pengendali pikiran untuk diterapkan pada rakyatnya sendiri. Teori konspirasi merajalela saat pengacara pelaku pembunuhan terhadap senator Robert F. Kennedy mengklaim ia di bawah kendali program MKUltra CIA.
Namun, tak semua percaya. Hingga pada 1977, di bawah UU Kebebasan (Informasi Freedom of Information Act), sebanyak 20 ribu dokumen yang sebelumnya tersimpan rapat terkait proyek rahasia MKUltra dikuak. Yang kemudian diusut tuntas dalam dengar pendapat di Senat AS.
Dokumen-dokumen tersebut mengungkap sejumlah fakta mengejutkan. Seperti bagaimana CIA menarik pecandu heroin dalam program tersebut, dengan menawarkan lebih banyak barang haram itu.
Juga terungkap setidaknya seseorang kehilangan nyawanya, yang diyakini sengaja dibunuh untuk menjaga kerahasiaan program MKUltra.
CIA juga menggunakan hipnotis, terapi kejut listrik, dan LSD (Lysergic Acid Diethalamide), pada subjek mereka, sebagai bagian dari program.
Badan intelijen tersebut juga mendirikan rumah bordil palsu dan diam-diam memberikan obat-obatan psikoaktif pada minuman para pelanggan.
Pada tahun 1995, Presiden AS kala itu, Bill Clinton meminta maaf atas eksperimen yang didukung pemerintah yang bertujuan untuk, "memahami efek paparan radiasi pada tubuh manusia", yang dilakukan tanpa izin di sejumlah rumah sakit, universitas, dan pangkalan militer di seluruh negeri.
"Meski sebagian besar percobaan sesuai standar etis, beberapa lainnya tak memenuhinya -- tak hanya berdasarkan standar yang diterapkan saat ini namun juga batasan yang berlaku saat pengujian dilakukan," kata Clinton. "Melanggar aturan negara juga kemanusiaan."
Belum jelas seberapa lama program rahasia itu dilaksanakan CIA. Namun, direkturnya, Richard Helms memerintahkan semua dokumen MKUltra dihancurkan setelah skandal Watergate pada tahun 1973.
Advertisement
Teror Penculikan Korut
Kisah ini sudah lama beredar, tentang agen-agen khusus dari Korea Utara yang bergentayangan, menculik sejumlah warga Jepang dari wilayah-wilayah pesisir.
Antara tahun 1977 dan 1983, ratusan orang hilang. Namun, pemerintah Jepang secara resmi hanya mengakui 17 penculikan. Di sisi lain, pihak Pyongyang berkali-kali membantah telah terjadi penculikan. Penghilangan paksa tersebut kemudian menjadi teori konspirasi yang populer.
Pada 2002, pemimpin Korut mendiang Kong Jong-il akhirnya mengakui mereka telah menculik 13 warga Jepang. Lima korban di antaranya direpatriasi atau dikembalikan ke Negeri Sakura.
Ketegangan terkait itu tersebut masih meninggi antara dua negara. Jepang menolak memberikan akses pada Korut untuk memasuki pelabuhan dan perdagangan.
Salah satu korban penculikan adalah Megumi Yokota. Gadis 13 tahun itu diculik agen Korea Utara saat pulang sekolah di Prefektur Niigita. Ia tidak pernah kembali ke rumahnya sejak 15 November 1977.
Pada tahun 1997 seorang pembelot membocorkan rahasia bahwa gadis yang lahir 5 Oktober 1964 itu berada di Pyongyang. Pada 2004, Korut mengembalikan apa yang mereka sebut sebagai abu jenazah Megumi yang katanya bunuh diri pada 1994.
Pasangan Yokota memang tak pernah lagi bertemu dengan putrinya. Namun, pada 2014 lalu, mereka bersua dengan cucu mereka, Kim Eun-gyong --putri Megumi di ibukota Mongolia, Ulan Batur.
AS Rekrut Ilmuwan Nazi
Saat Perang Dunia II berakhir dan Perang Dingin di depan mata, Amerika Serikat dan Rusia berlomba-lomba mengais peninggalan Nazi di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan. Berharap itu bisa bermanfaat dalam pertempuran.
Pada 1946, Presiden AS saat itu Harry Truman setuju untuk membawa ilmuwan Jerman ke Negeri Paman Sam, untuk membantu mereka dalam Perang Dingin -- namun mereka yang pernah jadi anggota atau pendukung aktif Nazi dikecualikan dalam program tersebut.
Pihak Joint Intelligence Objectives Agency (JIOA) di bawah Departemen Perang ditunjuk sebagai penanggung jawab untuk menemukan, menginvestigasi, dan melaporkan ilmuwan Jerman yang berpotensi untuk direkrut.
Namun, yang dilakukan mereka kemudian justru merekayasa kisah hidup sejumlah ilmuwan, menghapus semua referensi mereka terkait Nazi.
Lebih dari 1.600 orang Jerman dan keluarganya didatangkan ke AS selama program yang dijalankan pada 1949-1990.
Setelah menelaah laporan 130 ilmuwan, ditemukan unsur kesengajaan 'untuk mengubah klasifikasi ancaman terhadap keamanan'.
Salah satu ilmuwan Nazi, Werner von Braun, dikenal memainkan peran penting dalam pengembangan roket V-2 yang menghancurkan Inggris dan Prancis selama Perang Dunia II.
Von Braun dibawa ke AS setelah perang berakhir. Ia bekerja sebagai salah satu direktur di Marshall Space Flight Centre NASA.
Ia juga mengetuai arsitek peluncuran Saturn V -- roket yang digunakan oleh NASA untuk Program Apollo dan Skylab. Membantu Amerika menuju Bulan.
Sebelumnya, kala Nazi mencengkeramkan kuasanya di Jerman, sejumlah ilmuwan keturunan Yahudi lari.
Sebanyak 88 di antaranya tiba di Amerika Serikat. Membawa serta rahasia Nazi. Salah satunya, matematikawan Richard Courant yang terbang ke New York dan mendirikan pusat matematika terapan, Courant Institute of Mathematical Sciences -- yang diambil dari namanya.
Kehilangan para ilmuwan itu adalah luka yang dibuat sendiri oleh Nazi. Membuat mereka kalah dalam perlombaan pengembangan senjata atom. Para pengungsi Jerman memainkan peran kunci, untuk memastikan Amerika Serikat keluar sebagai pemenang.
Advertisement
Kebohongan AS di Vietnam
Laporan 2 konfrontasi antara pasukan Amerika Serikat dan Vietnam Utara di Teluk Tonkin membuat Presiden Lyndon B Johnson geram dan memutuskan untuk memperluas Perang Vietnam.
Laporan tersebut menyebut, sejumlah torpedo pihak Utara ditembakkan ke kapal induk USS Maddox pada 2 dan 4 Agustus 1964.
Insiden pertama benar adanya. Pada 2 Agustus 1964, Vietnam Utara menyerang USS Maddox (DD-731) saat kapal tersebut berada di perairan internasional.
Namun, insiden 4 Agustus 1964 dilingkupi misteri. Kala itu berhembus spekulasi bahwa peristiwa tersebut direkayasa pihak Pemerintah AS untuk mengobarkan perang.
Apapun, seperti dikutip dari situs History.com, Presiden Lyndon B. Johnson terlanjur memerintahkan serangan balasan dari udara. Secara besar-besaran. Dan pada akhir 1965, 180 ribu pasukan dikirim dari AS ke Vietnam. Menyusul sekitar 2 juta serdadu kemudian.
Namun, siapa sangka, Perang Vietnam menjadi malapetaka bagi AS yang akhirnya kalah telak.
Belakangan, sejarawan Badan Keamanan Nasional AS (National Security Agency), kepada The New York Times pada 2005 mengungkapkan bahwa NSA sengaja mendistorsi laporan intelijen soal insiden 4 Agustus. Sengaja diplintir.
Baca juga:
12-11-1968: 'Dosa' dan Rahasia Kelam Amerika Serikat Terbongkar
Kesaksian Palsu Nayirah
Gadis 15 tahun itu bersaksi di depan sidang Congressional Human Rights Caucus pada 10 Agustus 1990.
Dengan berurai air mana, Nayirah -- nama gadis itu -- mengaku menyaksikan dengan mata kepala sendiri, tindakan keji pasukan Irak mengeluarkan paksa bayi-bayi dari inkubator di rumah sakit Kuwait. Jiwa-jiwa kecil tak berdosa itu akhirnya tiada.
Kala itu ia mengaku menjadi relawan di RS al-Addan. "Saya menyaksikan bagaimana serdadu Irak menyerbu rumah sakit sambil membawa senjata. Mereka mengeluarkan bayi-bayi dari inkubator, mengambil inkubatornya, dan membiarkan anak-anak itu tewas di atas lantai yang dingin. Sangat mengerikan," kata dia, menangis.
Pengakuannya direkam video dan ditayangkan lebih dari 700 saluran televisi di Amerika, membuat hati warga AS perih dan akhirnya mendukung keterlibatan pemerintahnya dalam Perang Teluk.
Kesaksian Nayirah juga digunakan presiden AS dan senator sebagai bukti perlunya meningkatkan keterlibatan Amerika dalam perang. Namun, banyak orang yang tak percaya.
Dua tahun kemudian, pada 1992, pengakuan Nayirah terbukti bohong besar.
Belakangan terungkap, Nayirah adalah anggota keluarga kerajaan Kuwait. Berlatar belakang kaum darah biru. Nama belakangnya, al-Sabah.
Ia adalah putri Dubes Kuwait untuk AS. Pengakuan Nayirah dirancang sebagai bagian dari kampanye 'Free Kuwait' .
Agar kesaksian palsunya meyakinkan, Nayirah mendapat pelatihan dari wakil direktur perusahaan public relations (PR) Hill & Knowlton.
Namun, ayah Nayirah membela mati-matian putrinya. "Jika saya atau kami ingin berbohong, ingin membesar-besarkan, saya tak akan menggunakan putriku sendiri. Dengan mudahnya saya bisa membayar orang untuk melakukannya," kata dia.
Advertisement
AS Rencanakan Aksi Teroris
Pada tahun 1960-an, ide gila terlintas dalam benak petinggi militer AS: merekayasa serangan teroris di kota di Amerika, menenggelamkan kapal penuh pengungsi dari Kuba, atau pembajakan pesawat AS.
Alasannya, mereka ingin agar warga AS mendukung perang terhadap Kuba.
Plot 'Operation Northwoods' tersebut disampaikan pada Menteri Pertahanan AS era Pemerintahan Presiden John F. Kennedy. Untungnya, ide tersebut ditolak mentah-mentah.
Rencana jahat tersebut terungkap ketika dokumen rahasia militer setebal 1.521 halaman diungkap pada publik pada 1997.
"Kita bisa meledakkan kapal AS di Teluk Guantanamo dan menyalahkan Kuba," demikian isi dokumen tersebut.
Ada rancangan lain untuk meningkatkan dukungan intervensi AS di Kuba, termasuk 'memprovokasi' warga Kuba atau menyalahkan pihak Havana terkait potensi kematian orang Amerika pertama yang dikirim di luar angkasa, John Glenn. "Atau mungkin kita bisa meledakkan roket yang akan menewaskan Glenn."
Detil rencana tersebut dideskripsikan dalam 'Body of Secrets (Doubleday)', buku yang ditulis jurnalis investigasi James Bamford.
Pemerintah AS Menebar Racun
Aturan 'The Prohibition', larangan menjual, memproduksi, dan mengimpor alkohol diterapkan di AS pada 1920.
Namun, itu tak mencegah orang Amerika untuk menenggak minuman keras. Alkohol seringkali disuling dengan ngawur, sehingga mengandung logam berat yang bisa mengarah pada penyakit bahkan kebutaan.
Satu per satu orang tewas gara-gara alkohol. Rumor pun menyebar, bahwa pemerintah sengaja meracuni minuman keras, sebagai langkah putus asa menghadapi peningkatan jumlah orang yang meminumnya.
Pemerintah disebut diduga membuat formula yang menjadikan alkohol tak layak bahkan berbahaya untuk dikonsumsi. Misalnya menambahkan minyak tanah, bensin, seng, dan bahan kimia mematikan lain dalam campurannya.
Pemeriksa medis New York, Charles Norris mengungkap hasil temuannya setelah ia ditugaskan untuk melakukan uji toksikologi terhadap alkohol beracun.
Sementara, Senator Missouri, James Reed secara terang-terangan menentang aturan 'The Prohibition'. Setidaknya 10 ribu orang tewas saat aturan tersebut diterapkan hingga akhirnya dicabut kemudian pada 1933. (Ein/Tnt)
Advertisement